Minggu, 13 November 2022

MONTESSORI ITU (katanya) Gak Ngenalin 'Fantasi', Cara Kerja Alat Terlalu Terstruktur dan Individual


MONTESSORI ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… Bagian-2

Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD


Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD

(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)

·       Metode Montessori itu (katanya)..  tidak banyak mengenalkan fantasi (khayalan) dan bermain peran kepada anak usia dini

Maria Montessori percaya bahwa : penting bagi anak untuk bisa membedakan mana yang khayalan dan realita. Khayalan atau fantasi adalah sesuatu yang tidak pernah atau sangat langka terjadi di kehidupan nyata, sedangkan imajinasi adalah pengembangan dari sesuatu yang anak tangkap dari hal-hal yang ditemukan di kehidupan nyata. Beliau juga mendapatkan anak usia dini lebih tertarik pada sesuatu yang ditiru dari hal-hal di kehidupan nyata sekitarnya. Bila kondisi alam fantasi ini terlalu kuat hadir dan diyakini oleh anak-anak khawatirnya mereka benar-benar percaya sampai tidak dapat bedakan dengan kehidupan nyata sehingga anak semakin besar akan semakin sulit hidupnya akibat dianggap aneh oleh sekelilingnya karena perilaku dan kehidupan kesehariannya tidak menunjukkan seperti manusia normal.

Aktivitas bermain peran (termasuk unsur fantasi di dalamnya) terkadang muncul justru dari inner ide anak-anak itu sendiri - tanpa perlu diajarkan karena mereka mumpuni untuk menciptakannya sendiri. Disinilah peran fasilitator dibutuhkan untuk tetap mengarahkan agar mereka tidak terjebak dalam dunia fantasinya dan terhindar dari kebingungan bagaimana mereka bisa keluar dan kembali ke dunia nyata. Untuk peran apa yang ingin dilakoni pun, muncul alami dan spontan dari ide original mereka saat beraktivitas dalam kelas dan tak jarang melibatkan material montessori sebagai pendukung peran role play tersebut. Mereka tampak lebih banyak berlatih untuk melakukan hal-hal yang relate (terhubung) dengan kehidupan nyata agar kelak dapat terbiasa dan terampil di masa depan.


·       Montessori itu (katanya).. Tampilan serta cara kerja materialnya terlalu terstruktur dan memudahkan serta membatasi untuk bisa dieksplorasi bebas

Prinsip-prinsip, tahapan dan SOP pengajaran material di metode montessori yang cukup strict aturannya, terstruktur, terukur dan dibatasi à semua ini lebih ditujukan untuk panduan (pedoman) pengajarnya sebagai fasilitator yang akan mengarahkan anak di lapangan. Justru material ajar di metode ini dibuat sangat fleksibel bagi anak-anak apalagi saat digunakan pada kegiatan belajar. Bisa dikatakan : tampilan sebuah alat montessori dapat menjadi berjuta makna belajar jika sudah dielaborasi oleh anak. Manfaat adanya prinsip, aturan yang cukup tegas adalah agar fasilitator dapat melaksanakan observasi, penilaian dan membuat rencana pembelajaran yang baik mengikuti indikator penilaian dan kaidah ilmiah yang berlaku (ada dasar pemikirannya dan tidak asal karena memang ada panduan SOPnya).

Menurut Montessori, anak masih bergantung pada rasa aman sehingga kebutuhan akan keteraturan di lingkungan anak yang sedang berkembang harus ditekankan. Lingkungan belajar di kelas montessori  sudah disiapkan dan menerapkan aturan-aturan yang membatasi kebebasan, hal ini adalah cara agar anak lebih tertib, aman dan dimudahkan saat beraktivitas serta mereka dapat belajar menjadi individu yang bebas bertanggung jawab (freedom within limit).


·       Kegiatan di kelas Montessori itu (katanya).. terlalu banyak dikerjakan secara individual sehingga memungkinkan anak makin egosentris - menyebabkan anak menjadi kurang terampil bersosialisasi

Penerapan metode Montessori dan semua metode belajar lainnya berbasis pada tahapan tumbuh kembang anak. Montessori sendiri mempercayai bahwa anak memiliki masa peka/periode sensitif nya masing-masing. Untuk berkembang dari sosok individual (egosentris) kesosok yang memiliki keterampilan bersosialisasi yang dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan teman-teman lainnya, mereka punya timing-nya masing-masing dan terjadi secara natural. Apalagi lingkungan belajarnya pun  sudah dipersiapkan untuk hal ini.

Anak-anak diberi kesempatan untuk mengerjakan kegiatan secara individual di kelas adalah bertujuan untuk hal hal penting ini :

-          Agar fasilitator dapat lebih fokus mengamati perkembangan dan tingkat kemampuan anak secara keseluruhan beserta hambatannya

-          Yang mengamati perkembangan tidak dibingungkan dengan kemampuan anak lain yang bercampur saat terlibat dalam mengerjakan alat dan kegiatan yang sama

-          Anak tampak lebih fokus, rileks, nyaman dan tanpa tekanan saat bekerja sendiri karena tanpa gangguan. Mereka tidak perlu takut atau stress saat melakukan salah maupun gagal.

-          Anak bahagia bisa diberi kesempatan dan waktu yang lebih banyak untuk mengeksplorasi alat kegiatannya à hal ini akan berdampak pada bagaimana anak ini nanti merespek milik dan pekerjaan orang lain, yaitu : anak tidak akan mengganggu, tidak akan ikut terlibat atau menyentuh tanpa izin dan tentunya tata krama seperti ini adalah hal baik yang akan menyebabkan anak akan lebih cepat diterima dan disenangi di kehidupan sosialnya.

    

    Bersambung ke Bagian-3








Tidak ada komentar:

Posting Komentar