Pages

Minggu, 29 Agustus 2021

PUSING! Sekolah Kami Rumah Montessori Terkena Virus Corona 2020 (Bagian-1) - Perlu Isoman 3 Bulan

 

Seri Rumah Montessori Berbagi Cerita Bertahan di Masa Pandemi

Notes : Yang kena virus corona : 'sekolah' nya yaa.. Bukan guru-gurunya.. Cateett! Biasakan memahami bacaan dan cerdas mencerna kata-kata. Mohon dibaca rangkaian seri ceritanya (bagian 1-3) sampai selesai.

Perjalanan kisah ini dialami oleh Prasekolah Rumah Montessori, yang berdomisili di kota Tangerang Selatan di mana jaringan support untuk belajar online-nya cukup mendukung warganya.

Mengapa baru kami bagikan pengalaman ini sekarang padahal mungkin kisah dan informasi ini sangat dibutuhkan oleh sesama teman sejawat yang menjalankan institusi PAUD terutama yang berbasis montessori saat awal-awal pandemi adalah karena kami membutuhkan waktu dan proses mengeksekusi semua hal yang terkait dalam upaya kami untuk bertahan, mempelajari faktor apa saja yang memang berpengaruh serta sejauh mana kami bisa menyebut semua ini ternyata bisa berjalan.

Harapannya, mudah-mudahan masih bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Bahkan jika teman-teman ingin menjadikan semua yang diceritakan disini sebagai panduan, silakan. Kami senang sekali jika isi tulisan ini bisa bermanfaat bahkan dicoba untuk diimplementasikan. Semoga proses menuju lebih baik menyertai semuanya.

Kita mulai dulu ceritanya dari awal ya.. Supaya kebayang masa fase susahnya.

Saat status covid-19 ditetapkan sebagai pandemi di awal tahun 2020 dan sekolah-sekolah diminta untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah, tentu hal baru ini bikin bingung semua pihak. Suatu perubahan yang mendadak harus segera dilakukan dibarengi dengan minimnya persiapan. Termasuk sekolah kami Rumah Montessori. Bisa dibilang tanpa persiapan sama sekali. Apalagi yang kami selenggarakan adalah PAUD berbasis pendekatan metode Montessori yang di mana saat mengaplikasikannya sangat dibutuhkan kegiatan belajar aktif yang melibatkan semua sensori motor anak. Bingung sudah pasti. Bahkan lesson plan term April-Juni 2020 sudah tuntas dikerjakan tim guru. 

WOW! Pusing tujuh keliling! Mau diapain itu RPP 1 term yang udah pasti gak bisa fit in di masa pandemic?  Ini semua membuat kami merasa perlu mundur dan ‘semedi’ sejenak di akhir term Maret 2020, namun tetap menolak lupa bahwa the school must go on. Ahey! Gelap nih.. Sekolah kami terinfeksi virus corona dan perlu isoman.

Kami bingung dengan konsep belajar jarak jauh ini dan sudah pasti kami belum punya konsep belajar online yang matang. Yang kepikiran saat itu adalah cuma posting info kegiatan-kegiatan yang bisa anak lakukan di rumah didampingi orangtua ditambah share video penyampaian materi topik mingguan sesuai lesson plan yang sudah disusun. Asli, anak-anak hanya diminta menyimak video rekaman materi guru, mengerjakan kegiatan yang diposting lalu mengirim video kegiatannya, kami berikan hasil asesmen kami secara online via WA dan waktu itu tanpa kegiatan online yang interaktif. Cuma ngandelin support orangtua di rumah untuk pengerjaan aktivitas-aktivitas yang telah guru infokan di group WA kelas. Pelaksanaan kegiatan yang diinfokan pun dilepas begitu saja, seakan dibebaskan boleh dikerjakan ataupun tidak akan kami terima saja. Tidak ada monitoring yang intensif.

Kita sadar diri banget bahwa sistem belajar sekolah cuma ‘gitu doang’ - seperti yang disebutkan di atas -. Yang berujung pada peniadaan bayaran SPP bulanan selama 3 bulan khusus term April-Juni 2020 alias SPP GRATIS, saking merasa tidak pantasnya mendapat dukungan finansial karena tidak sebanding dengan fasilitas layanan sekolah kami saat itu.

3 bulan berkutat dengan sistem belajar tanpa SPP tadi benar-benar digunakan untuk bertapa mengumpulkan petunjuk, ide, inspirasi, melakukan pengamatan, evaluasi, survey ulang, belajar dan mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya. Workshop mengenai terobosan-terobosan sistem belajar untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi tetiba banyak banget, membuat kami lebih selektif memilih pelatihan yang sesuai kebutuhan saja. Seperti itulah masa-masa isoman sekolah kami.

Akhirnya ketetapan untuk awal tahun ajaran baru 2020-2021 dari pemerintah adalah masih menggunakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bahkan *mungkin* pelaksanaannya akan lebih lama lagi. Ini artinya, kami dan semua tim guru harus bersiap diri semuanya untuk segera bebenah menguatkan konsep pembelajaran jarak jauh kita selama ini. Tekad kami adalah : kami harus menjadi sekolah yang berperan sebagai support system orangtua yang layak diandalkan serta layak untuk dibayar. Karena sekolah kami akan mulai menerapkan kembali pembayaran SPP bulanan dan admin lainnya dengan segala penyesuaiannya. Kami akan meninggalkan konsep belajar jarak jauh yang selama ini dijalankan di term April-Juni 2020.


Wah, lalu gimana nih kelanjutannya? Stress mikirin konsep terbaiknya kayak gimana, itu mah udah pasti. Terus.. Transformasi apa yang dilakukan Rumah Montessori supaya bisa jadi sekolah online yang layak dibayar orangtua? Nah, gimana ceritanya cenah sebuah sekolah Montessori bisa tetep ‘Montessori’ dalam kondisi online ala Rumah Montessori? Haduuh.. Masih panjang ceritanya! Simak aja kelanjutannya di bagian berikutnya ya! Jawaban lengkap dan mendetail ada di sana semua.

Klik link Bagian-2 : https://rumah-montessori.blogspot.com/2021/08/menjadi-sekolah-online-yang-layak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar