MONTESSORI
ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… Bagian-2
Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD
(semua
tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23
tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by
Elizabeth Hainstock)
· Metode
Montessori itu (katanya).. tidak banyak
mengenalkan fantasi (khayalan) dan bermain peran kepada anak usia dini
Maria
Montessori percaya bahwa : penting bagi anak untuk bisa membedakan mana yang
khayalan dan realita. Khayalan atau fantasi adalah sesuatu yang tidak pernah
atau sangat langka terjadi di kehidupan nyata, sedangkan imajinasi adalah
pengembangan dari sesuatu yang anak tangkap dari hal-hal yang ditemukan di
kehidupan nyata. Beliau juga mendapatkan anak usia dini lebih tertarik pada
sesuatu yang ditiru dari hal-hal di kehidupan nyata sekitarnya. Bila kondisi
alam fantasi ini terlalu kuat hadir dan diyakini oleh anak-anak khawatirnya
mereka benar-benar percaya sampai tidak dapat bedakan dengan kehidupan nyata
sehingga anak semakin besar akan semakin sulit hidupnya akibat dianggap aneh
oleh sekelilingnya karena perilaku dan kehidupan kesehariannya tidak
menunjukkan seperti manusia normal.
Aktivitas
bermain peran (termasuk unsur fantasi di dalamnya) terkadang muncul justru dari
inner ide anak-anak itu sendiri - tanpa perlu diajarkan karena mereka mumpuni
untuk menciptakannya sendiri. Disinilah peran fasilitator dibutuhkan untuk
tetap mengarahkan agar mereka tidak terjebak dalam dunia fantasinya dan
terhindar dari kebingungan bagaimana mereka bisa keluar dan kembali ke dunia
nyata. Untuk peran apa yang ingin dilakoni pun, muncul alami dan spontan dari
ide original mereka saat beraktivitas dalam kelas dan tak jarang melibatkan
material montessori sebagai pendukung peran role play tersebut. Mereka tampak
lebih banyak berlatih untuk melakukan hal-hal yang relate (terhubung) dengan
kehidupan nyata agar kelak dapat terbiasa dan terampil di masa depan.
· Montessori
itu (katanya).. Tampilan serta cara kerja materialnya terlalu terstruktur dan memudahkan serta membatasi untuk bisa dieksplorasi bebas
Prinsip-prinsip,
tahapan dan SOP pengajaran material di metode montessori yang cukup strict aturannya,
terstruktur, terukur dan dibatasi à semua ini lebih ditujukan untuk
panduan (pedoman) pengajarnya sebagai fasilitator yang akan mengarahkan anak di
lapangan. Justru material ajar di metode ini dibuat sangat fleksibel bagi
anak-anak apalagi saat digunakan pada kegiatan belajar. Bisa dikatakan :
tampilan sebuah alat montessori dapat menjadi berjuta makna belajar jika sudah
dielaborasi oleh anak. Manfaat adanya prinsip, aturan yang cukup tegas adalah
agar fasilitator dapat melaksanakan observasi, penilaian dan membuat rencana
pembelajaran yang baik mengikuti indikator penilaian dan kaidah ilmiah yang
berlaku (ada dasar pemikirannya dan tidak asal karena memang ada panduan
SOPnya).
Menurut
Montessori, anak masih bergantung pada rasa aman sehingga kebutuhan akan
keteraturan di lingkungan anak yang sedang berkembang harus ditekankan.
Lingkungan belajar di kelas montessori
sudah disiapkan dan menerapkan aturan-aturan yang membatasi kebebasan,
hal ini adalah cara agar anak lebih tertib, aman dan dimudahkan saat
beraktivitas serta mereka dapat belajar menjadi individu yang bebas bertanggung
jawab (freedom within limit).
· Kegiatan
di kelas Montessori itu (katanya).. terlalu banyak dikerjakan secara individual sehingga
memungkinkan anak makin egosentris - menyebabkan anak menjadi kurang terampil
bersosialisasi
Penerapan
metode Montessori dan semua metode belajar lainnya berbasis pada tahapan tumbuh
kembang anak. Montessori sendiri mempercayai bahwa anak memiliki masa
peka/periode sensitif nya masing-masing. Untuk berkembang dari sosok individual
(egosentris) kesosok yang memiliki keterampilan bersosialisasi yang dapat
berinteraksi dan bekerja sama dengan teman-teman lainnya, mereka punya
timing-nya masing-masing dan terjadi secara natural. Apalagi lingkungan
belajarnya pun sudah dipersiapkan untuk
hal ini.
Anak-anak
diberi kesempatan untuk mengerjakan kegiatan secara individual di kelas adalah
bertujuan untuk hal hal penting ini :
-
Agar
fasilitator dapat lebih fokus mengamati perkembangan dan tingkat kemampuan anak
secara keseluruhan beserta hambatannya
-
Yang
mengamati perkembangan tidak dibingungkan dengan kemampuan anak lain yang
bercampur saat terlibat dalam mengerjakan alat dan kegiatan yang sama
-
Anak
tampak lebih fokus, rileks, nyaman dan tanpa tekanan saat bekerja sendiri
karena tanpa gangguan. Mereka tidak perlu takut atau stress saat melakukan
salah maupun gagal.
-
Anak
bahagia bisa diberi kesempatan dan waktu yang lebih banyak untuk mengeksplorasi
alat kegiatannya à
hal ini akan berdampak pada bagaimana anak ini nanti merespek milik dan
pekerjaan orang lain, yaitu : anak tidak akan mengganggu, tidak akan ikut
terlibat atau menyentuh tanpa izin dan tentunya tata krama seperti ini adalah
hal baik yang akan menyebabkan anak akan lebih cepat diterima dan disenangi di
kehidupan sosialnya.
Bersambung ke Bagian-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar