Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD
Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD. Benarkah begini-begitunya kata mereka?
Dah lah! Fix! Musti kenalan lagi ini mah sama Metode Montessori.. Yuk kita simak full rangkaian informasinya dari bagian 1 sampai 6.
(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)
· Montessori
itu (katanya).. Terlalu dini mengenalkan materi belajar dan aspek kognitif kepada anak
usia dini
Bukti
ilmiah sudah cukup jelas bahwa 0-6 tahun adalah masa pembentukan paling penting
dan sering disia-siakan karena tidak menyadari potensi anak yang sebenarnya.
Materi pembelajaran kognitif ini sudah dirancang agar mudah diserap saat
dikenalkan dan memungkinkan untuk dipahami anak, menyenangkan dan penting bagi
anak usia dini yang sedang berkembang karena materi pembelajaran dilakukan
secara bertahap, berurutan, penyampaian yang sederhana, tidak ada unsur
paksaan, serta penggunaan alat belajar yang menarik di metode ini. Anak-anak
usia dini ini memiliki periode sensitifnya masing-masing untuk mempelajari
sesuatu dengan cepat tanpa perlu dipaksa. Inilah yang menyebabkan di metode ini
: anak usia dini menganggap belajar
adalah pekerjaan yang menantang tanpa tekanan dan lebih bermakna daripada
bermain pasif. Mengenalkan bukan berarti memaksa meminta anak harus paham dan
menguasai saat itu juga.
· Montessori
itu (katanya).. Pengaturan dan tata cara penggunaan alatnya membatasi imajinasi,
kreativitas dan spontanitas daya pikir anak
Adanya standardisasi tata cara penggunaan material
(alat montessori) membantu anak usia dini dalam membangun pola pikir yang
teratur, sistematis melalui alat konkrit. Setelah ini terjadi, anak bisa dan
diizinkan untuk bebas mengeksplorasi material-material tersebut dengan beragam
caranya masing-masing. Anak dengan spontan merasakan kenikmatan belajar ketika
berhadapan dengan material. Mereka tampak bersemangat saat menemukan hal baru -
hasil dari mencoba mengerjakan material di luar aturan yang standar. Merekapun
sangat bersuka cita menemukan tantangan yang berbeda - hasil dari imajinasi dan
kreasi yang mereka ciptakan sendiri. Ketika anak memulai belajarnya melalui
bentuk konkrit, maka kelak pemahaman interpretasinya terhadap konsep abstrak
akan lebih baik.
· Montessori
itu (katanya).. Tidak ada buku paketnya atau buku pelajaran wajibnya atau buku aktivitas
khusus dari Montessori yang wajib dibeli dan dimiliki siswa
PAUD
lebih menitikberatkan pada pengalaman belajar yang konkrit. Selain mereka belum
semua bisa membaca bahkan memahami bacaan, belajar lewat alat konkrit jauh
lebih menyenangkan karena bisa dieksplorasi langsung oleh seluruh sensori motor
anak. Pembelajaran seperti inilah yang paling dibutuhkan selama masa tumbuh
kembang anak usia dini. Saya pribadi berpendapat bahwa sumber materi belajar
tidaklah melulu anak harus belajar dari atau di buku. Anak montessori belajar
melalui alat alat montessori yang dipraktekkannya langsung. Tidak perlu
khawatir anak akan lupa materi belajarnya karena semua terekam dan diingat baik
di memori otak serta otot motoriknya (brain and muscle memory) melalui
pengulangan gerakan kegiatan.
Sebetulnya
ada beberapa publisher yang biasa menerbitkan buku-buku khusus terkait area
belajar montessori untuk anak-anak usia 4 tahun ke atas, namun bukan wajib
untuk dibeli ataupun dimiliki karena pada dasarnya metode ini mengizinkan kita
untuk belajar atau menggunakan buku dari manapun sumbernya asalkan isinya sudah
dipastikan layak dan sesuai.
· Kelas
Montessori itu (katanya).. tidak memberikan ruang yang cukup untuk perkembangan sosial
dan interaksi dengan anak-anak lain melalui aktivitas kelompok
Sebetulnya
aktivitas kelompok dan interaksi itu ada dan terjadi di kelas montessori karena
setiap hari anak-anak akan berkumpul di circle time, bercakap-cakap, saling
menyapa tanya, berolahraga - menari - menyanyi bersama. Mungkin pendapat di
atas lebih menyorot pada aktivitas yang kebanyakan dilakukan secara individual.
Seperti
yang kita tahu, manusia adalah makhluk sosial. Karena memiliki fitrah
tersebutlah mereka akan dengan sendirinya mengembangkan keterampilan
bersosialisasi dan interaksinya. Di kelas montessori, proses interaksi dan
sosialisasi yang penuh makna ini akan terjadi secara natural sesuai dengan
kebutuhan dan fase periode sensitive anak - berkat lingkungan belajar yang sudah
dipersiapkan. Akan jauh lebih terasa bermakna, nyaman indah alami dan lebih
mengena dalam di hati anak ketika saling tolong menolong, saling support dan
bekerja sama ini terjadi secara spontan di dalam setiap kegiatan yang
berlangsung di kelas montessori daripada dibuat sengaja di moment-moment
tertentu.
Perlu
diingat, di kelas Montessori : anak-anak dipandang sebagai individu - bukan
kelompok. Ini adalah sebuah bukti bahwa metode ini menghargai setiap individu
dengan segala keunikannya.
· Pembelajaran
di sekolah Montessori itu (katanya).. tidak
terlalu menitikberatkan pada kegiatan musik, art/kesenian, dan kreativitas
Setiap
lembaga sekolah yang menggunakan metode Montessori : isi kegiatan belajar
mengajarnya tidak lah selalu sama. Pada umumnya sekolah-sekolah montessori
hampir selalu memasukkan pengenalan musik, seni dan kreativitas dalam kurikulum
belajarnya. Ada beberapa sekolah yang memisahkan dan melaksanakan secara khusus
untuk sesi-sesi belajar tersebut, ada juga yang menerapkannya secara
terintegrasi dengan sesi belajar montessori. Seperti misalnya penyediaan pojok
area kreativitas atau area musik dan seni yang menyediakan berbagai material
terkait area kegiatannya dan anak bisa kapanpun datang dan beraktivitas di area
tersebut tanpa harus menunggu sesi khususnya tiba. Semua di area kreativitas-
seni-musik bisa dikerjakan secara individual, dipilih dan dilakukan saat anak
merasa butuh dan tertarik untuk melakukannya.
Besok kita cerita lagi tentang metode ini ya.. Bersambung ke bagian-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar