Sabtu, 01 Agustus 2020

Kenapa Ada 4 Belah Ketupat di Kotak Konstruksi Segitiga? Penjelasan Versi Untuk (level) Anak

Nama siswa RumahMontessori yang bertanya diwakili dengan nama Anakku di paparan ini. 

NOTES Penting :
Sebelum menyampaikan paparan jawaban di bawah ini ke anak-anak pastikan orangtua atau fasilitator membaca dulu penjelasan lengkap versi untuk umum  terkait pertanyaan Anakku ada di link : 
Silakan dibaca sampai tuntas untuk tambahan wawasan pengetahuan. 

Penyampaian penjelasan khusus untuk Anakku (level anak) atas pertanyaannya adalah sebagai berikut :

Terimakasih untuk pertanyaannya, Anakku  🥰
*Mengapa ada 4 belah ketupat?* dalam kotak konstruksi segitiga 2 - heksagon kecil - yang sedang dipinjam Anakku? : 

Ibu Ivy coba jawab pertanyaan Anakku ya.. 

1•• Di kotak heksagon kecil ini, Anakku sedang mulai dikenalkan pada bentuk segi empat yang terbangun dari gabungan segitiga, salah satunya bangun belah ketupat
2•• Di kegiatan ini, karena belah ketupat termasuk bangun segi empat yang baru dikenalkan maka dibuat lebih banyak supaya Anakku terbantu untuk lebih kenal dan mengingat lebih kuat tentang bentuk ini. Anakku bisa lihat dengan berulang kali ya : belah ketupat ini ternyata selalu menunjukkan kedua segitiganya selalu sama besar, garis hitamnya yang tegak dan lurus ke samping membelah dan membagi belah ketupat menjadi dua bagian segitiga yang selalu sama besar (orangtua bisa tunjukkan garis hitam pada belah ketupat) 
Selain itu kita bisa membangun segi enam atau heksagon kaya wadah kotak konstruksi ini dengan menggabungkan 3 belah ketupat yang sama persis bentuk rupanya. Kamu bisa coba sendiri melakukannya

(lanjutkan memberi anak pemahaman lewat kehidupan sehari-hari)
Inget kan.. Kalau Anakku melakukan sesuatu diulang-ulang dan sering maka Anakku akan semakin ingat, cepat bisa, cepat mengerti caranya. Misalnya mandi, makan sendiri atau naik sepeda. 
Begitu juga kalau bunda atau bu guru ngingetin sesuatu ke Anakku berulang kali, Anakku pasti akan lebih cepat ingat karena sering dengar atau lihat. Tapi kalau terlalu sering diingatkan kadang jadi bosan juga ya 😁

Nah sama, di kegiatan kotak konstruksi segitiga 2 ini, mata penglihatan dan ingatan Anakku sedang diulang terus agar semakin ingat dan cepat mengerti tentang ciri khusus dari belah ketupat, karena nanti ke depannya Anakku akan ketemu dengan beberapa bentuk segi empat lain yang berbeda ciri khasnya dengan belah ketupat ini. Berbeda ciri karakter bangunnya tapi masih sama-sama kelompok segi empat.
Nanti deh kita minta bu guru ya minggu depan, supaya Anakku bisa dapat kotak konstruksi segitiga berikutnya yaitu kotak heksagon besar. 
Di kotak itu Anakku akan ketemu dengan yang mirip belah ketupat tapi namanya jajaran genjang, sebab punya ciri karakter yang berbeda dengan belah ketupat. Terus nanti juga akan ketemu lebih banyak segi empat lainnya di kotak konstruksi segitiga 4 - kotak persegi. 
Nah karena Anakku sudah berulang diingatkan sampai 4× bikin belah ketupat di kegiatan kotak konstruksi segitiga 2 ini, InsyaAllah Anakku akan semakin mudah mengerti di mana perbedaan tersebut, supaya gak ketukar nama bangun geometri dan lebih mudah mengenal ciri khasnya. 

Kalau Anakku bertanya lagi :
Kenapa gak dibikin lebih banyak lagi saja belah ketupatnya supaya tambah cepat lagi kita ingat dan bisanya? 
Bisa dicoba dengan respon seperti ini : Mungkin menurut si pembuat metoda ini, 4 buah sudah cukup. Beliau menetapkan bahwa 4 belah ketupat tersebut adalah hasil terbaik dari sebuah proses penelitian yang cukup panjang. 
Kalau kebanyakan, anak-anak nanti akan bosan (seperti Anakku yang akan merasa bosan kalau terlalu keseringan dibilangin orang hehe) dan gak semangat merhatiin atau tanya tanya karena lelah. Tapi kalau terlalu sedikit, misalnya cuma 1-2 buah belah ketupat saja itupun dirasa akan kurang menarik bagi anak-anak.

Nah.. Itu saja penjelasannya dari Ibu Ivy. Semua jawaban ini boleh diterima atau tidak oleh siapapun. Bahkan kalau mau dikaji ulang sendiri sekalipun untuk penguatan kebenarannya, silakan.. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan memang dinamis dan harus terus berkembang.

Salam Hangat dari Ibu Ivy 🥰🙏



Dalam Fonik : Mengapa Huruf Vokal Dibunyikan Dengan Tambahan Suara Desah 'h'?

Seri rangkaian Q and A - tanya jawab seputar Metoda Montessori PAUD

Notes :

Untuk menjawab pertanyaan Q and A, sumber referensi yang dipakai dalam paparan blog ini beragam. Penulis bisa mendapatkannya dari hasil pencarian data pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber seperti buku-buku pengetahuan terkait serta workshop dan komunitas Montessori enthusiast skala internasional dan local yang diikutinya. Bisa juga merupakan pendapat pribadi penulis hasil dari pengalaman dan pengamatannya selama dua dekade (hampir 20 tahun sebagai praktisi PAUD dan metoda Montessori) yang tetap berdasar pada data ilmu pengetahuan yang terkait, ilmu psikologi tumbuh kembang anak, metoda montessori dll. Wajar dan pasti jika ada salah dan kurang dari penulis.

Mohon diambil yang baik dan bermanfaatnya saja, semua penyimpulan dan pilihan jawaban dikembalikan kepada kebutuhan pembaca.

Para pembaca dipersilakan bahkan wajib untuk mencari pengetahuan dan informasi lainnya dari berbagai sumber sehingga dapat memperkaya wawasan. 

Mengapa huruf vokal selalu dibunyikan dengan tambahan suara desah 'h' dalam lagu fonik yang dinyanyikan di Rumah Montessori? 

Pertanyaan yang berasal dari orangtua siswa Rumah Montessori di masa PJJ online learning ketika anak-anaknya mendapat materi pengenalan huruf dalam sistem fonik lewat lagu Anak Ayam.

Untuk mengetahui bagaimana pengenalan alfabet melalui lagu fonik dalam Bahasa Indonesia versi Rumah Montessori silakan klik link berikut : https://youtu.be/ANNc5vIc08w


Terimakasih untuk pertanyaannya, saya coba jawab ya.. 😊

Saat bernyanyi lagu fonik anak ayam versi RumahMontessori memang semua huruf yang dinyanyikan terdengar seperti ada semacam desah huruf 'h', termasuk untuk huruf vokal (contoh huruf 'a' dibunyikan = 'ah', huruf 'e' dibunyikan = 'eh', huruf 'u' dibunyikan ='uh' dst). Beberapa yang memperhatikan mungkin menganggap bahwa tambahan bunyi desah 'h' tersebut tidaklah perlu ada karena nama dan bunyi huruf vokal dalam Bahasa Indonesia tiada berbeda. Ada kemungkinan pula bisa memberikan kebingungan saat proses awal membaca.

Alasan dari sudut pandang kami sederhana saja, yaitu untuk memberikan sedikit perbedaan terhadap 'identitas' antara yang mana nama huruf dan yang mana bunyi huruf atau foniknya ☺

Yang pasti, tidak semua lagu fonik seperti itu, tapi kami memilih yang seperti biasa dinyanyikan.

Jadi tidak ada masalah dan silakan saja bagi siapapun untuk memilih lagu fonik yang ada desah 'h' atau tanpa 'h'. OK aja kok kita mah kalau ada yang merasa lebih mudah dengan bunyi 'a - i - u - e - o' (tanpa 'h') dan bukan dengan 'ah - ih - uh - eh - oh'  saat mengenalkan huruf vokal Bahasa Indonesia dengan sistem fonik. Karena betul juga, toh saat diterapkan dalam proses baca kata nanti, desah 'h' dalam bunyi huruf vokal tadi pasti ditiadakan. 

Ada satu catatan penting yang perlu kita ketahui : tidak perlu khawatir semua anak bakal bingung atau salah permanent dalam membaca kata. Misalnya untuk kata 'ratu', anak akan membacanya jadi 'rah-tuh' akibat dari mengenal huruf lewat lagu fonik tadi dan mungkin berlaku sama untuk kata lainnya yang mengandung huruf hidup pula seperti kata 'kayu' akan dibacanya menjadi 'kah-yuh' dsb. 

Ada memang beberapa anak akan mengalami itu di awal sekali ia mulai belajar membaca, tapi tidak akan permanent karena dengan sendirinya seiring waktu berjalan akan secara otomatis terbenahi. Percayalah, anak itu luar biasa cerdas dan mampu membuat simpulan analisa lewat pengalaman belajarnya sendiri. 

Buktinya, sebagian besar anak-anak RumahMontessori saat mulai belajar baca, hampir semuanya tidak menyebutkan bunyi 'h' lagi ketika ketemu huruf vokal atau membaca kata-kata lainnya.  

Mereka aman-aman saja bacanya. Padahal di sekolah, sudah tentu mereka sekelas mengenal dan menyanyikan lagu anak ayam versi kami dari guru. Tapi dalam membaca kata, mereka semua baik-baik saja tampaknya.

Hanya sedikit sekali kasus anak yang melalui kendala, itupun hanya di awal dan sebentar saja. Setelah itu, mereka lancar membaca tanpa salah eja.

Khusus bagi anak-anak yang sudah bisa membaca, lalu mereka tidak menyertakan suara desah 'h'-nya saat menyanyikan huruf-huruf pada lagu fonik, ya.. tidak apa-apa - tidak usah dibetulkan atau disuruh ulang harus sama dengan lagu kami. 

Justru menurut pengamatan kami, itu artinya mereka yang sudah bisa baca sudah sangat paham dan mampu membedakan antara mana bunyi huruf dan nama huruf. Mereka sepertinya sudah paham dan merasa tidak perlu lagi memberikan 'h' dalam lagu fonik setiap membunyikan huruf vokal karena memang mereka aware hal tersebut tidak pernah diaplikasikan ketika mereka membaca kata.

Silakan cek saja kemampuan anak-anak dalam membaca kata-kata yang ada huruf hidupnya, kami percaya.. mereka tidak kesulitan dan sudah benar.

🥰

Salam Hangat dari Ibu Ivy 


Mengapa Ada 4 Belah Ketupat di Kotak Konstruksi Segitiga Heksagon Kecil - Montessori?

Seri rangkaian Q and A - tanya jawab seputar Metoda Montessori


Notes : 
Untuk menjawab pertanyaan Q and A, sumber referensi yang dipakai dalam paparan blog ini beragam. Penulis bisa mendapatkannya dari hasil pencarian data pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber seperti buku-buku pengetahuan terkait serta workshop dan komunitas Montessori enthusiast skala internasional dan local yang diikutinya. Bisa juga merupakan pendapat pribadi penulis hasil dari pengalaman dan pengamatannya selama dua dekade (hampir 20 tahun sebagai praktisi PAUD dan metoda Montessori) yang tetap berdasar pada data ilmu pengetahuan yang terkait, ilmu psikologi tumbuh kembang anak, metoda montessori dll. Wajar dan pasti jika ada salah dan kurang dari penulis.
Mohon diambil yang baik dan bermanfaatnya saja, semua penyimpulan dan pilihan jawaban dikembalikan kepada kebutuhan pembaca.
Para pembaca dipersilakan bahkan wajib untuk mencari pengetahuan dan informasi lainnya dari berbagai sumber sehingga dapat memperkaya wawasan.


Mengapa ada 4 belah ketupat-nya?
Pertanyaan dari orangtua dan siswa Rumah Montessori di masa online learning (PJJ) saat anak mendapat kegiatan di rumah berupa kotak konstruksi segitiga level 2 (kotak heksagon kecil). 
Terimakasih untuk pertanyaannya. Saya terbiasa untuk menjelaskan panjang lebar walau mungkin yang dibutuhkan adalah jawaban short cut nya aja 😁 Maaf ya jika kepanjangan dan boring. Tapi saya percaya, pertanyaan yang diajukan dan jawaban ini akan menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Inilah foto yang menunjukkan isi dari kotak konstruksi segitiga level 2 - kotak heksagon kecil - 

Foto pertama : kumpulan segitiga sebelum digabung


 
Foto kedua : kumpulan segitiga yang sudah digabung sehingga menghasilkan bangun geometri lainnya.
Untuk video tutorial cara kerja material ini silakan klik link berikut https://youtu.be/kSSk9kvKH4M

Tampak dalam foto kedua ada 4 belah ketupat yang dihasilkan dari penggabungan segitiga : 
Sampai saat ini saya belum menemukan penjelasan yang lebih detil apalagi yang langsung dari pelopornya. Sependek pengetahuan saya, pada dasarnya kegiatan konstruksi segitiga ini bertujuan : 
1•• Supaya anak paham bahwa segitiga adalah bentuk paling dasar untuk membangun bentuk-bentuk geometri lainnya.
2•• Visual dan pemahaman anak usia dini tentang bangun geometri ini diasah dan dimatangkan melaui :
- pengulangan pengelompokkan warna (untuk mendapatkan bangun geometri tertentu : pola warna yang digabung selalu yang sama warna) 
- pengulangan gerakan motorik saat anak menggabungkan bangun segitiga
- pengulangan bentuk geometri yang dihasilkan dari penggabungan segitiga 
3•• Semua pengulangan di atas akan membantu menguatkan visual dan daya ingat anak terhadap figur si bangun geometri sehingga dalam jangka panjang akan lebih mudah dalam menyimpulkan sifat dan ciri khas sebuah bangun geometri.

Mengenai kenapa yang dipilih bangun belah ketupat, mungkin ada maksud tersendiri dari si penemu metoda ini yang saya belum tahu. Bisa saja seperti material lainnya yang kalau ditanya sampai detil kenapa warna, bahan dan bentuknya begini begitu, sepengalaman saya : saksi sejarah yang mendampingi langsung Maria Montessori sekalipun tidak juga selalu mempunyai data alasannya kenapa karena mungkin ya itu.. bisa jadi alasannya sederhana saja, mungkin 'hanya' karena memang Montessori harus memilih salah satu bentuk sebagai alat atau mediator yang perlu ada untuk membantu memudahkan pemahaman. Silakan cek artikel terkait di :

Menurut saya pribadi, belah ketupat ada 4 buah (3 berdiagonal vertikal dan 1 berdiagonal horizontal) di kotak konstruksi ini karena belah ketupat termasuk bangun segi empat sederhana yang pertama dikenalkan pada anak di kotak level 2 ini setelah sebelumnya di kotak level 1 : anak hanya bertemu dengan bangun segitiga saja. Karena dianggap merupakan sesuatu yang baru, maka dirasa butuh upaya lebih untuk mengenalkan dan mendekatkan kesan konkrit si bangun ini sesering mungkin agar terbentuk penguatan kesan, daya ingat dan pemahaman anak terhadap karakteristik sifat dan ciri khas bangun segi empat, khususnya belah ketupat ini. Sehingga nantinya anak akan lebih mudah mengidentifikasi perbedaan sifat dan ciri khas bangun segi empat lainnya seperti jajaran jenjang dll ketika anak bekerja dengan kotak konstruksi segitiga selanjutnya yaitu level 3 - kotak hexagon besar dan level 4 - kotak persegi.  
Selain itu, kita bisa menunjukkan kepada anak bahwa bangun heksagon yang merupakan tema kotak konstruksi level 2 ini ternyata bisa dibangun lewat penggabungan 3 buah belah ketupat yang sama identik.

Foto di bawah ini menunjukkan isi dari kotak konstruksi segitiga level 3 - kotak heksagon besar -



Tampak di foto bahwa dalam kotak level 3 ternyata ketemu lagi ya dengan belah ketupat merah (sebagai reminder atau pengingat akan bangun segiempat yang pertama anak temui adalah 4 buah belah ketupat di kotak level 2) dan ada pengenalan bangun segi empat yang 'baru' yaitu : jajaran genjang abu-abu yang diharapkan anak akan mudah paham dan peka akan adanya perbedaan pada kedua bangun tersebut diantaranya dengan melihat garis diagonal hitam dan kesimetrisan segitiga yang tampak pada belah ketupat dan jajaran genjang. Setelah anak selesai dengan kotak heksagon besar level 3 akan dilanjutkan ke level 4 - kotak persegi untuk ketemu all about segi empat lainnya seperti persegi panjang, bujursangkar, trapesium dan aneka versi jajaran genjang. 

Foto di bawah ini menunjukkan isi dari kotak konstruksi segitiga level 4 - kotak persegi panjang -


Di kotak ini, jajaran genjang dikenalkan dalam berbagai versi bentuk dan ukuran (lihat bangun warna hijau - yang bukan segi empat sama sisi - dan 3 bangun warna kuning). Anak diajak untuk mengenal bahwa bagaimanapun bentuk dan arah garis hitam diagonalnya jika semua memenuhi persyaratan karakteristik sebuah jajaran genjang yaitu : memiliki 2 pasang sisi yang sejajar dan sama panjang, ada 2 pasang sudut yang berhadapan sama besar, memiliki dua diagonal yang saling berpotongan, kedua diagonal pada jajaran genjang tidak sama panjang, maka bangun tersebut tetap bernama jajaran genjang (parallelogram).

Notes khusus dan penting untuk diingat : 
- Kemampuan anak dalam mencerna, memahami dan belajar sesuatu melalui pola mengulang, membedakan, menyamakan dan mengelompokkan akan terus berkembang alias tidak akan stuck atau berhenti. Percayalah kemampuan berpikir mereka akan terus meningkat sampai pada titik paham, seiring bertambah usia dan stimulasi mereka
- Mengapa sampai se-detil ini tahapannya? Terkesan banyak menunjukkan pengulangan bangun geometri sehingga terasa boring bagi orang dewasa yang mengamati padahal anak mungkin bisa saja cepat paham walau tanpa adanya pengulangan bentuk di setiap level kotak konstruksi. 
Karena : mohon digaris bawahi bahwa setiap cara kerja alat edukasi di metoda montessori ini dibuat pada awalnya adalah untuk anak yang mempunyai hambatan belajar sehingga dibutuhkan tahapan yang seperti ini. Namun secara fitrahnya, semua individu baik yang punya atau tidak punya hambatan belajar, tetap butuh pengulangan untuk menguasai sesuatu, hanya saja berbeda di kecepatan waktu untuk memahami.
- Jikalau pun ada yang berminat membuat material yang terinspirasi seperti kotak konstruksi segitiga-nya Montessori ini lalu dibuat dengan warna, bentuk, isi dan jumlah ragam bangun yang berbeda dari alat montessori originalnya (misal menyederhanakan jumlah belah ketupat di kotak level 2 menjadi hanya 1 saja dll), silakan.. tidak ada yang melarang dan sah-sah saja. Selama semua alat ini dipakai tanpa mengurangi esensi dalam proses pembelajaran yang respectful the child dan diyakini tetap dapat membantu mengantarkan anak pada pemahaman materi belajarnya.


Inti dan esensi yang saya dapatkan di kegiatan konstruksi segitiga dan ada pengulangan bentuk belah ketupat ini (ini pendapat pribadi berdasarkan pengetahuan tumbuh kembang, psikologis, konsep pengajaran, pengalaman dan data pengamatan saya) adalah :
- adanya ragam warna dan bentuk serta beberapa pengulangan bentuk bangun yang sama dalam kotak konstruksi segitiga ini akan membuat kegiatan ini lebih menarik untuk anak, baik secara visual maupun motoriknya yang memang sedang aktif bergerak 
- anak secara fitrahnya senang kegiatan yang mengulang-mengulang
- anak butuh pengulangan untuk paham, untuk mastering, untuk menguatkan keyakinan, untuk pembuktian serta menyimpulkan hasil pengamatan dari pengulangannya.
(montessori banyak menggiring anak ke arah mental scientist : kegiatan berulang akan membuat anak lebih aware dan mengamati lebih sering, sehingga timbul pertanyaan rasa ingin tahu atau bahkan bisa sampai menemukan sendiri jawaban kenapanya - ini bonus besar. Hal ini juga akan mengajak anak dan fasilitator menuju ke riset yang lebih mendalam)


Pengetahuan tambahan :
Di kotak level 2 yang sedang anak kerjakan ditemukan 4 belah ketupat, artinya anak akan tahu bahwa :
** Ada 3 belah ketupat bisa dibangun dari 2 buah segitiga sama kaki yang ketika digabung, garis hitamnya menunjukkan bagian simetris kiri kanan karena akan terlihat garis vertikal hitam yang tampak membelah kedua segitiga sama kaki di kiri dan kanan yang sama besar. 


** Ada 1 belah ketupat yang juga bisa dibangun dari 2 buah segitiga sama sisi yang ketika digabung, garis hitamnya menunjukkan bagian simetris atas bawah karena akan terlihat garis horizontal hitam yang tampak membelah kedua segitiga sama sisi di atas dan bawah yang sama besar. 












Melalui kedua tampilan konkrit belah ketupat di atas, anak akan paham karakteristik, sifat utama dan ciri khas sebuah belah ketupat dari hasil pengulangan pengamatan visual dan gerakannya.
Apa sajakah itu? 
- Memiliki 4 buah sisi yang sama panjang dan sejajar
- Memiliki 2 pasang sudut yang berhadapan dan sama besar
- Memiliki 2 diagonal yang saling berpotongan tegak lurus. Satu diagonal membagi diagonal lain sama panjang
- Memiliki 2 simetri lipat dan 2 simetri putar 
Silakan saja ajak anaknya diskusi, tapi mohon tanpa ekspektasi akan keluar kalimat ilmiah dari mulut sang anak usia dini ya.. Saya percaya, anak bisa menjabarkannya dengan kata dan kalimatnya sendiri dari hasil 'riset'nya selama ini. Bisa jelaskan secara sederhana apa yang dia lihat saja sudah hebat, tinggal kita bantu saja untuk mengarahkan ke kesimpulan karakteristik bangun geometrinya.

Sebagai cross check antara teori dan kesimpulan pengamatan anak melalui media konkrit yang didapatkan dari kotak konstruksi tentang sifat dan ciri khas bangun belah ketupat ini silakan klik link berikut https://rumuspintar.com/belah-ketupat/

Setelah cek link tadi, bayangkan.. dulu kita belajar tentang karakteristik setiap bangun geometri hanya lewat gambar abstrak dan tekstual teori narasi yang dihafal, mengandalkan bayangan tanpa ada data atau media konkrit untuk membuktikan apakah teori yang diajarkan itu benar atau tidak. 

Ah sudahlah.. 😊



Why The Short Beads Stair is Colorful?

(Seri rangkaian Q and A seputar Metoda Montessori)


Do you have any thoughts about why the (beads) color's different today? 

Dr. Philip Snow Gang said : "Well.. No.. I think this is much prettier in the all colors."








His answer is quick and simple in his presentation.

Hmm.. Kadang gak semua warna di material montessori harus ada alasan kenapanya. Kalaupun ada mungkin itu udah dikembangkan para penerusnya. 




Jawabannya bisa sesederhana ini aja : to make the materials beautiful, pretty and people will love & exciting to see and use it. Or just to make people aware of the material's identity.

Lalu siapakah Dr. Philip Snow Gang ini? 

Dr. Philip had a close relationship with Montessori family. 

When he research about Montessori he had several her hand written manuals (album). 


Philip had another 'treasure' : some pre World War II montessori material. He said : "It's a set of beads, it's quite interesting cause it has different colors but they're gorgeous beads."

For Dr. Philip, Bringing Montessori Back to Montessori means : We came from nature and will be back to the nature.

We have to unlock the children from nature. It's a primary things. Love of nature is love of yourself.

You can not love yourself without love nature. 

Mengembalikan fitrah anak-anak ke alam adalah kebutuhan utama mereka, sejak dulu Maria Montessori menerapkannya (tampak dalam foto-foto sejarahnya).

Thank you very much for the powerful presentation, Dr. Philip 🥰 

So many lovely insight from a wise man.

 


#rumahmontessori

#onlinecourse #montessoricourse #keeplearning

#wisdomjourney

 











Rabu, 01 April 2020

Oh NO! Kelas Montessori-ku Amburadul! Help Me..



Pernah punya pengalaman pegang  kelas atau berada di kelas montessori yang hampir seluruh siswanya tidak bekerja dengan alat montessori?

Jawaban kami : pernah.

Karena merasa RumahMontessori adalah sekolahnya manusia, maka kami tidak selalu mulus menerapkan metoda dan melaksanakan segala rencana pembelajaran se-rapi dan se-sempurna sebuah pabrik.


Sering kami menemukan masa di mana anak-anak kebanyakan maunya main bareng teman-temannya terus. Maunya ada di area pojok sambil ngamatin kelas. Maunya alat montessori dikerjain seenak udel-nya ajah. Maunya selalu dibacain buku cerita lalu lanjut ambil kertas buat gambar-gambar. Maunya selalu role play bikin drama bertema 'mama-papa-anak' tiap hari dan gak ketinggalan alat montessori jadi property drama mereka.. 
Duh kebayang amburadul sekali ya.. (terutama bagi yang berjiwa perfecto.. hehe..)

Kalau ada drone atau CCTV infrared terpasang di langit-langit kelas, mungkin bisa kelihatan tanduk-tanduk emosi tumbuh subur di kepala para guru, plus bonus keluar asap deh dari ubun-ubun saking nahan beban emosi dan ekspektasi.. Hahaha.. Terima aja.. Gak usah denial.. Hihihi..

Saat montessori time, semua juga pasti pinginnya kelas selalu tertib, anak-anak mengerjakan peralatan montessori sesuai aturan dan tanpa cela. Sesuai harapan.

Jangan terlau percaya apa yang diposting di medsos, yang pastinya udah lolos audisi seleksi video atau foto terbaik dong.. karena memang tujuannya agar pemirsa terinspirasi hal baik dan positif dari kita. Hehehe..

See.. You're not alone! Toss dulu.. 



Catatan yang dibagikan kali ini adalah pengalaman perjalanan tim RumahMontessori dalam menghadapi dan melalui masa-masa ‘amburadul’ ini. Yang pada suatu masa kami sadar, lalu menyimpulkan : ini bukan kelas amburadul. Lho kok bisa? Baca aja sampai tuntas ya J

Semuanya merupakan hasil observasi kami selama mendapatkan kelas dengan siswa yang isinya mayoritas berusia satu level walau kami menerapkan kelas lintas usia (usia campur 2,5 - 6 tahun dalam satu kelas). 

Kami tidak mengklaim sudah menang dan mampu melalui masa-masa ‘amburadul’ itu, karena pada kenyataannya kami selalu mendapatkan pembelajaran baru setiap harinya. Kadang setelah mampu handling pun, selalu ada kasus baru yang lebih hebat dan membuat kami harus kalah sejenak lalu berstrategi kembali untuk berjuang maju lagi.  

Sebagai manusia biasa, ego dan emosi kami juga dibuat naik turun. Walau sudah punya basic menjadi pribadi yang tenang tapi jujur aja kami tetap merasa butuh penguatan dan ketenangan jiwa untuk memastikan bahwa kami bisa tetap waras dan bermental sehat saat membersamai anak di lapangan. Itu yang membuat kami terus berupaya belajar, menggali pengetahuan, serta mencari info tips and tricks lebih banyak. 
Perlahan kami berproses, mulai dari mengamati, mencari tahu ilmunya, mengumpulkan data, meminimalisir penilaian (judging), menahan diri untuk tidak menyalahkan sana sini, menerima rasa gundah dan kecewa kami sendiri sampai pada akhirnya kami menerima (memaklumi) situasi yang ada di hadapan kami. Lalu bertahap semakin membaik dan membuat kami semakin yakin saat menjalankan tindakan solutif untuk menanganinya.

Silakan petik manfaat dan hal baik nya saja ya..

Adalah pemandangan yang biasa ketika awal bergabung di sekolahan dengan usia sekira 2,5-3 tahunan biasanya anak-anak masih rajin mengerjakan peralatan montessori dengan penuh antusias, bahkan sesuai instruksi. Beberapa ada yang mengerjakannya berulang kali seperti layaknya kegiatan favorit. Kelas tertib. Karena sesuai ekspektasi, guru rileks dan damai. 

Pada saat anak-anak ini sampai di usia 4-5 tahun dan pertemanan sekelas sudah terjalin semakin lekat hingga bisa jadi salah satu alasan semangat ke sekolah. Simpel aja sih, mereka ingin ketemu untuk bermain seru-seruan bersama. Belum tentu juga tanpa konflik. Tapi mereka menikmatinya.
Ide baru makin banyak nyantol di kepalanya, lalu diungkap dan dieksekusi. Latihan untuk terampil bernegosiasi, bertoleransi, saling memahami dan memaafkan, tarik ulur mendekat dan menjauhi  teman yang sedang bermasalahpun makin intensif dilakukan. Ego untuk melakukan sesuatu sa'karepe dewek (seenaknya sendiri) yang makin menjadi pun harus banyak dikelola dan ditahan dengan banyak dibenturkan pada realita bahwa ruang sosial punya aturan yang harus disepakati demi kebaikan bersama.

Dan ada satu hal yang biasanya paling bikin stress dan gemesh para fasilitator yaitu : peralatan montessori di rak mendadak jadi tidak laku dipakai.. Kalaupun dipakai, kebanyakan dikerjakan berdasar ide out of the box mereka. Tampak ngelantur dari kaidah teoritikal metodanya, tapi basic rules tanggung jawab membereskan dan tidak merusak alat biasanya masih aman. Mendadak mereka enggan menyentuh dan seperti tidak punya alat montessori favorit saat itu. Kalaupun masih punya, paling cuma dikerjakan sebagai formalitas, karena merasa kegiatan itu hanyalah pengulangan.

Mendadak pula guru di lapangan harus setting kadar ketegasan lebih tinggi dari sebelumnya. Ya, karena anak-anak usia 4-5 tahun ini sudah paham bagaimana triknya mengelak dari instruksi atau men-skip aturan dengan sejuta alasan karena kemampuan bahasa dan logikanya meningkat pesat. Semakin jagoan dalam mendapatkan sesuatu yang dimau. Sekaligus sebagai sinyal bahwa anak-anak usia ini sebetulnya sedang butuh lebih banyak berlatih tahu tentang sebab akibat terutama dalam norma sosial. Jadi memang sudah sewajarnya dan sudah saatnya anak-anak yang mulai paham banyak hal ini harus digiring (diarahkan) lebih tegas dan jelas pada hal-hal yang benar di kehidupan nyata. 

Maka adalah wajar jika di setiap kelas pelatihan kami, selalu banyak terungkap dari para guru kelompok usia 4-5 tahun atau setingkat TK A yang curhat karena gemes pingin banget jadi guru galak saat menghadapi bubar jalannya sistem kegiatan montessori di level ini. Dunia montessori time tak lagi damai seperti teorinya, kata mereka.. Hehehe.. Jangan stress ah.. Kalian tidak sendirian mengalaminya. Ini tantangan keren buat para fasilitatornya.

Anak-anak ini gak bersalah.. Emang fase nya aja lagi butuh banyak belajar di banyak aspek.

Untuk memahami perkembangan anak-anak usia 4-5 tahun lengkap dengan tips parentingnya silakan mampir di link berikut : https://raisingchildren.net.au/preschoolers/development/development-tracker/4-5-years 


Karena untuk menangani masalah ini dengan bijak dan tetap waras, salah satunya adalah mampu mendeskripsikan, paham dan memang terlibat langsung dengan peristiwa atau pengalaman milestone mereka.

Lalu karakter yang bagaimana sajakah yang perlu diketahui agar bisa mengukur diri tingkat mindfulness kita masing-masing? Alias supaya bisa berupaya tetap bijak dan keep calm sebelum mengambil tindakan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi? 

Silakan lihat foto di bawah ini ya.. Mudah-mudahan terbantu.




Kalau upaya untuk tetep mindful tersebut sudah diupayalakukan, seharusnya sih tindakan solusinya efektif, tepat sasaran dan yang terpenting adalah mampu menenangkan jiwa. Karena memang tujuan mindfulness ini lebih condong kesana. Jika gurunya sehat mental maka anak-anak pun akan sama, semua pihak akan terimbas. 

Yes, we can say it's hard but it doesn't mean impossible :) 
Happy terus semuanya yaa.. 
Semoga kita semua selalu diberi sehat dan selamat

#edisikangen anak-anak RumahMontessori