Seri Rumah
Montessori Berbagi Cerita Bertahan di Masa Pandemi
Notes : Yang kena
virus corona : 'sekolah' nya yaa.. Bukan guru-gurunya.. Cateett! Biasakan memahami
bacaan dan cerdas mencerna kata-kata. Mohon dibaca rangkaian seri ceritanya
(bagian 1-3) sampai selesai.
Perjalanan kisah
ini dialami oleh Prasekolah Rumah Montessori, yang berdomisili di kota
Tangerang Selatan di mana jaringan support untuk belajar online-nya cukup
mendukung warganya.
Mengapa baru kami
bagikan pengalaman ini sekarang padahal mungkin kisah dan informasi ini sangat
dibutuhkan oleh sesama teman sejawat yang menjalankan institusi PAUD terutama
yang berbasis montessori saat awal-awal pandemi adalah karena kami membutuhkan
waktu dan proses mengeksekusi semua hal yang terkait dalam upaya kami untuk
bertahan, mempelajari faktor apa saja yang memang berpengaruh serta sejauh mana
kami bisa menyebut semua ini ternyata bisa berjalan.
Harapannya, mudah-mudahan
masih bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Bahkan jika teman-teman
ingin menjadikan semua yang diceritakan disini sebagai panduan, silakan. Kami
senang sekali jika isi tulisan ini bisa bermanfaat bahkan dicoba untuk
diimplementasikan. Semoga proses menuju lebih baik menyertai semuanya.
Kita mulai dulu
ceritanya dari awal ya.. Supaya kebayang masa fase susahnya.
Saat status
covid-19 ditetapkan sebagai pandemi di awal tahun 2020 dan sekolah-sekolah
diminta untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah, tentu hal baru ini bikin
bingung semua pihak. Suatu perubahan yang mendadak harus segera dilakukan
dibarengi dengan minimnya persiapan. Termasuk sekolah kami Rumah Montessori.
Bisa dibilang tanpa persiapan sama sekali. Apalagi yang kami selenggarakan
adalah PAUD berbasis pendekatan metode Montessori yang di mana saat
mengaplikasikannya sangat dibutuhkan kegiatan belajar aktif yang melibatkan
semua sensori motor anak. Bingung sudah pasti. Bahkan lesson plan term
April-Juni 2020 sudah tuntas dikerjakan tim guru.
WOW! Pusing tujuh
keliling! Mau diapain itu RPP 1 term yang udah pasti gak bisa fit in di masa
pandemic? Ini semua membuat kami merasa perlu mundur dan ‘semedi’
sejenak di akhir term Maret 2020, namun tetap menolak lupa bahwa the school
must go on. Ahey! Gelap nih.. Sekolah kami terinfeksi virus corona dan perlu
isoman.
Kami bingung
dengan konsep belajar jarak jauh ini dan sudah pasti kami belum punya konsep
belajar online yang matang. Yang kepikiran saat itu adalah cuma posting info kegiatan-kegiatan
yang bisa anak lakukan di rumah didampingi orangtua ditambah share video
penyampaian materi topik mingguan sesuai lesson plan yang sudah disusun. Asli,
anak-anak hanya diminta menyimak video rekaman materi guru, mengerjakan
kegiatan yang diposting lalu mengirim video kegiatannya, kami berikan hasil
asesmen kami secara online via WA dan waktu itu tanpa kegiatan online yang
interaktif. Cuma ngandelin support orangtua di rumah untuk pengerjaan
aktivitas-aktivitas yang telah guru infokan di group WA kelas. Pelaksanaan
kegiatan yang diinfokan pun dilepas begitu saja, seakan dibebaskan boleh
dikerjakan ataupun tidak akan kami terima saja. Tidak ada monitoring yang
intensif.
Kita sadar diri
banget bahwa sistem belajar sekolah cuma ‘gitu doang’ - seperti yang disebutkan
di atas -. Yang berujung pada peniadaan bayaran SPP bulanan selama 3 bulan
khusus term April-Juni 2020 alias SPP GRATIS, saking merasa tidak pantasnya
mendapat dukungan finansial karena tidak sebanding dengan fasilitas layanan
sekolah kami saat itu.
3 bulan berkutat
dengan sistem belajar tanpa SPP tadi benar-benar digunakan untuk bertapa
mengumpulkan petunjuk, ide, inspirasi, melakukan pengamatan, evaluasi, survey
ulang, belajar dan mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya. Workshop mengenai
terobosan-terobosan sistem belajar untuk menyesuaikan dengan kondisi pandemi
tetiba banyak banget, membuat kami lebih selektif memilih pelatihan yang sesuai
kebutuhan saja. Seperti itulah masa-masa isoman sekolah kami.
Akhirnya ketetapan
untuk awal tahun ajaran baru 2020-2021 dari pemerintah adalah masih menggunakan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bahkan *mungkin* pelaksanaannya akan lebih lama
lagi. Ini artinya, kami dan semua tim guru harus bersiap diri semuanya untuk
segera bebenah menguatkan konsep pembelajaran jarak jauh kita selama ini. Tekad
kami adalah : kami harus menjadi sekolah yang berperan sebagai support system
orangtua yang layak diandalkan serta layak untuk dibayar. Karena sekolah kami
akan mulai menerapkan kembali pembayaran SPP bulanan dan admin lainnya dengan
segala penyesuaiannya. Kami akan meninggalkan konsep belajar jarak jauh yang
selama ini dijalankan di term April-Juni 2020.
Wah, lalu gimana nih kelanjutannya? Stress mikirin konsep terbaiknya kayak
gimana, itu mah udah pasti. Terus.. Transformasi apa yang dilakukan Rumah
Montessori supaya bisa jadi sekolah online yang layak dibayar orangtua? Nah,
gimana ceritanya cenah sebuah sekolah Montessori bisa tetep ‘Montessori’
dalam kondisi online ala Rumah Montessori? Haduuh.. Masih panjang ceritanya!
Simak aja kelanjutannya di bagian berikutnya ya! Jawaban lengkap dan mendetail
ada di sana semua.
Klik link Bagian-2 : https://rumah-montessori.blogspot.com/2021/08/menjadi-sekolah-online-yang-layak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar