Kalau sudah baca bagian 1 tentang tahapan perkembangan otak anak menurut Triune Brain Theory di http://rumah-montessori.blogspot.com/2021/01/perlukah-anak-balita-cepat-cepat.html
Mariii kita lanjutkan bagian 2 ini dengan senang hati..
Jika tujuan dari belajar
baca hitung ini adalah untuk memahami konsep secara kontekstual (bukan untuk sekedar lancar baca
hitung secara tekstual dan tidak paham makna kata-kata yang dibaca), maka akan nyambung banget dengan teorinya seorang ilmuwan pendidikan asal Switzerland, Jean Piaget (1896 – 1980) yang membagi menjadi 4
tahap bagaimana anak-anak menyerap pengetahuan :
1.
Object level :
mempelajari sesuatu berdasarkan benda nyata, misalnya anak mengenal kata ‘apel’
ketika orang dewasa menunjukkan buah apel konkrit kepada mereka.
2.
Index level :
mempelajari benda berdasarkan pengalamannya, misalnya memegang apel, menyentuh
kulit luar dan dagingnya, mencium aromanya lalu memakannya untuk mengetahui
rasanya.
3.
Symbolic level :
mempelajari benda berdasarkan symbol, misalnya gambar atau foto apel.
4.
Sign level :
mempelajari sesuatu melalui membaca dan atau menulis kata ‘apel’.
Kalau dirunut lagi
berdasarkan usia perkembangan anak untuk setiap tahap penyerapan pengetahuan di
atas, sudah pasti akan sesuai dengan keempat tahap perkembangan otak anak yang
dibahas di bagian 1.
-
Object dan index level
( mulai 18 – 36 bulan) adalah tahap penyerapan pengetahuan anak melalui bentuk
konkrit yang memang sesuai dengan kebutuhannya serta umum dilakukan anak-anak
yang sedang berkembang otak reptile-nya. Anak-anak di fase usia ini sedang
banyak ditunjukkan dan diajarkan hal-hal baru oleh orangtuanya. Karakteristiknya pun memang sedang aktif
bergerak, ingin tahu, banyak bertanya dan penasaran sampai segala sesuatunya
mereka ingin coba, rasa dan raba.
-
Symbolic dan sign
level (mulai 3,5 – 4 tahun) adalah tahap penyerapan pengetahuan yang sudah
mulai mengarah ke abstrak. Tentu untuk memahaminya diperlukan perkembangan otak
tahap lanjut. Symbolic level akan diproses oleh mammals brain yang memiliki
fungsi mengingat (memories). Semua yang telah dipelajari lewat pengalaman di
object dan index level mulai bisa dipahami lewat symbol atau gambar. Sedangkan
untuk paham arti tulisan (sign level) yang sudah bersifat abstrak, imajinasi,
kognitif dan daya pikir, akan diproses oleh cerebral cortex.
Paham di sign level
bukan sekedar hafal istilah atau kata, tapi benar-benar mengerti konsep materi
pengetahuan tersebut melalui pengalaman belajar sebelumnya.
Jerome Bruner (1815 –
…), pakar pendidikan asal Amerika menyebutkan bahwa pendidikan adalah ‘a process of discovery’. Idealnya kita
sebagai orangtua berperan sebagai fasilitator yang menstimulasi anak agar
mereka mampu menemukan informasi itu sendiri, bukan menyiapkan semuanya lalu
‘mencekoki’ atau ‘menyuapi’ mereka. Proses penerimaan informasi tersebut ia
klasifikasikan menjadi :
-
Enactively : anak
belajar berdasarkan pengalamannya yang mengantarnya untuk berpikir
-
Iconically : anak
mengerti apa itu gambar dan diagram
-
Symbolically : anak
mampu mengerti dan bekerja berdasarkan konsep yang abstrak (tulisan)
Jika dihubungkan dengan tahapan membaca di metoda Montessori, semua yang dijelaskan dari mulai tahap perkembangan otak (Triune Brain), penyerapan pengetahuan (Jean Piaget) dan proses penerimaan informasi (Jerome Bruner) : sudah pasti nyambung. Pendidikan Montessori memang berbasis neuroscience. Semua materi belajar selalu diawali dengan bentuk konkrit yang akan mengarah ke abstrak (symbolic dan sign level). Urutan tahap belajar baca di metoda montessori bisa disimak di link berikut : https://youtu.be/MyD2VF0lddc
Karena calistung atau
baca tulis hitung untuk anak usia dini yang sedang dibahas di sini bersifat abstrak,
semoga paparan lengkap di atas dapat mencerahkan ya.. Ketika kita sudah
mengerti bagaimana tahapan perkembangan otaknya, maka urutan langkah dan cara yang
perlu dilakukan ketika orangtua hendak mulai mengajarkan calistung pada anak
sebaiknya memang sesuai dengan kebutuhan usia perkembangan dan tahapan
perkembangan otaknya.
Jika kemudian ada yang
bertanya : Jadi, kapan sebaiknya anak diajarkan membaca? Jawabannya : Ketika
mereka siap. Setiap anak punya ‘cerita’nya sendiri. Everyone has their own
battle. Kalau buku panduan banyak menyebutkan sekitar usia 4 – 4,5 tahun, ya memang wajar karena usia tersebut adalah usia di mana (idealnya) perkembangan
otak cerebral cortex anak sudah matang.
Kenyataannya kasus di lapangan beragam. Dari sudut pandang
pendapat saya, bagi yang buah hatinya mampu membaca lebih cepat maupun lebih
lambat dari 4 tahun tidak perlu gusar.
Bagi yang anaknya
kadung sudah bisa baca lebih cepat, yo wes tho.. Alhamdulillah in aja, PR
orangtuanya tinggal ngejer tugas tumbuh kembang sesuai usianya yang masih belum
tuntas seperti matengin lagi fisik-motorik kasar halusnya, bahasa dan emosi-sosialnya.
Biar semuanya berimbang dan anak bisa jadi individu yang cerdas secara
intelektual, mental, emosi sosialnya buat bekal hidup di masyarakat kelak.
Bagi yang anaknya
sudah lewat 5-6 tahun tapi belum juga kunjung tanda-tanda bisa baca, coba amati
lagi lebih seksama kematangan tumbuh kembang lainnya.. saya yakin dia sudah mencapai tugas-tugas tumbuh kembang di aspek lainnya.. Banyak banget
yang bisa disyukuri, misal anaknya sudah semakin mandiri, motoriknya matang, sayang teman, mampu menyelesaikan
masalah dan konflik, mampu bantu orang lain walau sedikit, mampu bicara ungkap
perasaan dengan baik, terampil mengelola emosi dan lainnya. Itu sudah luar
biasa. Yang tadi disebutkan lebih sulit diajarkan dalam sekejap karena proses menguasainya
lebih lama. Untuk upaya mengajarkan baca, silakan saja ditambahkan lagi
upayanya. Atau malah kadang kita perlu juga mundur sejenak untuk tidak terlalu
berekspektasi tinggi pada anak. Ikhlas saja dulu dengan apa yang sedang mereka
tekuni, beri ruang yang longgar sejenak dari tekanan keinginan sepihak,
biasanya ini akan berbuah hasil positif. Semakin bertambah usia anak, semakin
mudah untuk mengajarkan mereka baca karena mereka semakin membutuhkannya J
Untuk mengetahui
kesiapan yang akuratnya kapan bagi masing-masing buah hati kita, silakan
kembali amati buah hatinya masing-masing, kenali usia dan aktivitas masa pekanya,
cek kembali panduan tumbuh kembang anak, ricek pencapaian tugas tumbuh kembang
setiap tahapan usia perkembangan buah hati kita di usianya, amati pula apa saja
dan sudah sejauh mana orangtua melakukan upaya untuk menstimulasi semua
kebutuhan tugas tumbuh kembangnya, cari dan kejar untuk tuntaskan tugas tumbuh
kembang buah hati kita yang tertinggal. Tanpa terasa.. Akan ada sampai pada
masanya, kalian (orangtua dan buah hati) akan bersama-sama menemukan dan tiba
pada titik siap itu.
Lha? Kenapa jadi rumit gitu nyari jawaban yang akuratnya? Harus nyari sendiri masing-masing pula. Hehehe.. Jangan lupa.. Karena anak dan kita sebagai orangtua adalah sama-sama manusia. Manusia yang sedang terus belajar, betul? Well.. So, child and parents just doing ‘a process of discovery’ together, right?
Semangat! Fighting! 😍
Referensi :
https://lilyardas.wordpress.com/2012/03/18/mengajarkan-bayi-membaca/
https://id.theasianparent.com/kapankah-anak-siap-belajar-membaca