(Kisah
Program Pendampingan Rumah Montessori di sebuah Prasekolah di Jakarta)
Awalnya
judul di atas termasuk pertanyaan ‘most
wanted’ di pelatihan saya atau sering dikenal FAQ di buku-buku petunjuk
manual sebuah produk. Setiap menjawab pertanyaan tersebut selalu saya jawab
enteng hanya sebatas lisan, karena saya belum menggelar fasilitas pendampingan
sekolah yang ingin benar-benar ber-transformasi dari sistem yang ada menjadi
sebuah sekolah yang memasukkan unsur metoda dan kurikulum montessori di
dalamnya.
Memang
benar, di benak saya tidak terlalu rumit apalagi jika skup sekolah tidaklah
terlalu besar dan massal. Semua masih bisa diatur-atur dan digeser-geser agar pas
sesuai dengan rencana dari desain sistem yang akan dilebur. Dengan catatan :
-
Sekolah memang mempunyai komitmen, niat besar
dan keyakinan untuk menjalankannya. Terlebih lagi catatan khusus ini harus
nempel sangat lekat di pimpro-nya alias PIC yang akan menjalankan program-nya.
Jangan heran, kalau PIC-nya sendiri merasa kurang percaya diri, belum memahami
benar bahwa benang merah montessori dan sistem manapun adalah serupa tapi tak
sama, dan masih ‘galau’ menjalankan program ini à
hasilnya juga akan keteteran, terutama dalam hal mem-booster tim gurunya yang
sering terkena imbasnya. Seorang PIC harus siap menjadi ‘team player’ yang baik.
-
Sekolah rela diobok-obok jadwal rutinnya, posisi
kelas, formasi gurunya, kelompok anak-nya, lay
out kelas dan bahkan sampai kepada ‘manner’
atau tata krama guru-gurunya. Bila tidak rela, saya yang mundur perlahan J
Suatu hari
pinangan untuk mendampingi sistem itu datang dari sebuah prasekolah di Jakarta
Pusat, Bloom Islamic Preschool namanya. Sekolah ini awalnya pernah menerapkan
metoda montessori dan kemudian mulai
di akhir tahun 2014 kemarin berencana untuk perlahan menjalankan kembali metoda
montessori ini lebih intens sebagai bagian dari sistem pembelajarannya. Terima kasih untuk
kesempatan luar biasa ini, karena disinilah para guru benar-benar berjuang
bersama untuk beradaptasi beralih dari sistem konvensional ke sistem montessori
yang terintegrasi dengan kurikulum lainnya. Mulai dari pelatihan, menguji
kemampuan guru sampai kepada observasi dan penanganan anak dan manajemen kelas
di lapangan. Semua dilakukan dengan time table yang bertahap, tidak langsung
membuka semua area karena guru-guru ini juga perlu diberi kesempatan untuk
beradaptasi dengan sesuatu yang baru, SOP yang baru bahkan sampai pada tata krama
menghargai anak..ternyata tampak menjadi perjuangan tersendiri bagi para
pendidik J
Hari demi
hari para guru menunjukkan perkembangan yang baik dan semua itu berpengaruh
terhadap kondisi anak-anak yang mulai ‘normalize’
atau terbiasa dengan aturan main dari sistem yang baru.
Saya hanya
bisa akui, yang masih bertahan sampai saat ini di titik sistem seperti ini
terbukti sudah bahwa mereka tahan uji mental. Satu yang saya pastikan, bukanlah
hal mudah untuk berjalan di atas sebuah konsep baru apalagi dengan sebuah
budaya yang sudah sangat melekat sebelumnya. Terimakasih rekan-rekan Bloom atas
keterbukaan hatinya, kerelaannya belajar bersama, berjuang dan senantiasa masih
punya komitmen dalam menjalankan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak
Indonesia. Mudah-mudahan terus berkembang menjadi pusat pendidikan anak usia
dini yang berkualitas.
Foto bersama Bloom Preschool Team
Junior dan senior dengan menara merah muda
notes : sudah diizinkan untuk tayang dan di-posting di blog oleh owner sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar