Guru ideal yang diperlukan dalam sistem
pembelajaran dengan metoda Montessori adalah guru yang mengajar hanya sedikit,
tetapi banyak mengamati dan hanya mengarahkan anak untuk melakukan
latihan-latihannya sendiri. Dia lebih banyak pasif daripada aktif . (Lillard,
1972).
Yang perlu dilakukan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai fasilitator ketika menghadapi anak secara perseorangan dalam kegiatan
belajar :
- Pandanglah
anak dengan sungguh-sungguh dengan melakukan kontak mata yang baik dan samakan
ketinggian kita dengannya ketika berbicara. Berbicara dengan lembut dan berada
benar-benar di dekatnya membuat semua komunikasi menjadi efektif dan efisien.
- Guru
dan anak didik diharapkan dapat saling belajar dan bekerja sama. Jangan pernah
sungkan untuk belajar dari anak didik dan jangan pernah ‘gengsi’ untuk
mengatakan tidak tahu maupun mengakui kesalahan. Anak didik berperan sebagai
subjek dan objek dalam kegiatan belajar mengajar. Guru Montessori bukan pusat perhatian kegiatan belajar, melainkan anak
didik yang menjadi pusat perhatian kegiatan belajar. (Lillard, 1972)
- Dalam
mengajarkan sesuatu, guru Montessori mempunyai tahapan-tahapan terstruktur yang
dimulai dari mengenalkan, mengerjakan, menyelesaikan sampai pada tahap memberi
kesempatan kepada anak didik untuk mencoba. Hal yang penting untuk diketahui
adalah, ketika anak mempelajari hal
tersebut bukanlah semata-mata belajar langsung dari gurunya tetapi justru dia
belajar melalui kemampuan pengamatannya sendiri. (Absorbent Mind dalam
Hainstock, 1986)
- Untuk
itu, sebagai guru Montessori jangan pernah bosan untuk mengulang terus memberi
tahu anak bagaimana cara mengerjakan latihannya dengan benar karena dengan latihan yang dikerjakan berulang-ulang
itulah yang membuat kemampuan pengamatan si anak akan meningkat sehingga cepat
atau lambat anak akan menemukan sendiri kesalahannya. (Absorbent Mind dalam
Hainstock, 1986)
- Ketika
anak tengah bersemangat mengerjakan latihannya sendiri, guru Montessori sebaiknya tidak melakukan interupsi. Kunci suksesnya adalah ketika anak mulai
berkonsentrasi penuh, berlakulah seakan-akan seperti anak tidak ada.
(Absorbent Mind dalam Hainstock, 1986). Biarkanlah anak mengerjakan
latihannya dengan cara dan kemampuannya sendiri. Karena jika interupsi
dilakukan, maka konsentrasi anak akan terganggu. Konsentrasi anak adalah hal
terpenting dalam aktivitasnya.
- Ketika
anak selesai mengerjakan latihannya hal yang perlu diingat seorang guru
Montessori adalah jangan pernah membuat
anak merasa dia telah berbuat kesalahan. (Absorbent Mind dalam
Hainstock, 1986). Karena hal inilah yang dapat menjadi penyebab ‘pembunuh’
terbesar dalam keinginannya untuk belajar dan mencoba. Membiarkan anak puas
dengan apa yang telah dikerjakannya sendiri akan lebih baik untuk perkembangan
rasa percaya dirinya.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar