Ketika posisi guru Montessori berada dalam lingkup
yang lebih luas yaitu dalam kelas, hal yang diharapkan darinya adalah :
-
Menjadi panutan yang baik bagi para anak didiknya
(good role model).
Anak-anak dalam masa emasnya mempunyai kecepatan menyerap informasi dan
pengetahuan yang tinggi. Dia pun akan dengan otomatis mudah mencontoh apa yang
dilihatnya. Sebagai guru Montessori tentu harus berhati-hati baik dalam bersikap
dan berbicara, karena anak-anak akan meniru semua itu.
-
Konsisten dan tegas dalam menerapkan disiplin di
kelas.
Berbahasa yang sopan dan berbicara dengan nada lembut juga diperlukan ketika
menghadapi anak-anak secara personal.
-
Guru Montessori akan menjaga
agar lingkungannya selalu aman, tenang, damai, rapi, teratur, dan bersih.
Anak-anak juga akan mengamati dan belajar untuk ikut serta mewujudkan kondisi
seperti itu.
-
Guru Montessori akan terlihat
selalu dekat, bergerak dan sibuk dengan anak-anak. Dia tampak selalu berada
dekat dengan anak-anak serta siap untuk melayani dan mengarahkan jika
diperlukan. Itulah mengapa di kelas Montessori tidak ditemukan meja guru atau
papan tulis di depan kelas, karena semua kegiatan belajarnya terpusat pada
aktivitas anak-anak.
-
Guru Montessori tak pernah berhenti mengamati
aktivitas anak-anak,
karena memang tugasnya yang terpenting adalah mengamati setiap perkembangan
mereka.
Mungkin ada sebersit pertanyaan mengenai judul
essai “Menjadi Guru Montessori Ideal” ini. Mengapa penulis menambahkan judul
essai yang dianjurkan pelatih dengan menambah kata “menjadi” ? Sebab menurut
penulis, judul ini rasanya lebih tepat dengan paparan yang diungkapkan di sini.
Karena dalam tulisan ini selain penulis menguraikan hal-hal yang berbau teoritis,
ada hal yang ingin penulis sampaikan secara persuasif kepada siapapun yang
menginginkannya untuk dapat bersama-sama melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik.
“Menjadi” adalah sebuah kata yang menunjukkan
sebuah proses. Di dalamnya sarat akan makna ‘perjalanan’ menuju kesempurnaan
karena kita sebagai manusia walaupun berprofesi seorang guru sekalipun bukanlah
makhluk yang sempurna. Kita hanya dapat berusaha untuk menjadi sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata. Jadi, menurut Mochtar Buchori (2007) : bahwa menjadi guru ideal pada
umumnya, apapun itu metodenya, merupakan proses melakukan usaha secara
terus-menerus untuk :
- Meningkatkan
pengetahuan serta meningkatkan penguasaan terhadap materi pembelajaran
- Meningkatkan
kemampuannya menyampaikan materi pembelajaran secara efektif, edukatif,
dan dialogis
- Meningkatkan
kualitas ‘hubungan pedagogis’ dengan para siswa, yakni menjalin hubungan
pribadi dengan siswa yang didasarkan atas kepercayaan (trust)
Jika usaha untuk menjadi guru ideal dijadikan
sebagai acuan guru-guru di Indonesia, saya percaya mereka akan berhasil
membentuk para peserta didiknya menjadi manusia yang berkualitas.
REFERENSI
Buchori, Mochtar. Handout Seminar Menjadi Guru yang Profesional. 11 April
2007
Rachman, Arief DR. MPd.. Handout Seminar Membentuk Guru yang Kreatif dan Inovatif Menghadapi Era Globalisasi.
Gettman, David. Basic Montessori Learning Activities for Under Fives. New York. St.
Martin Press. 1997.
Hainstock, Elizabeth G. Essential Montessori Updated Edition. New York. Plume Printing. 1986.
Lillard, Paula Polk. Montessori A Modern Approach. New York. Schocken Books. 1972.
Module I Montessori Philosophy
Pengalaman pribadi penulis sebagai anak didik sebuah
sekolah pada zamannya
Pengalaman pribadi penulis sebagai guru di Pra
sekolah Bandung Montessori School