Pages

Selasa, 12 Januari 2021

Perlukah Anak Balita Cepat-cepat Belajar Membaca? (Bagian 1)

Judul tulisan kali ini rasanya masih populer ya? Sanggup bikin ibu-ibu membentuk beberapa kubu : tim yang pro, kontra, tengah-tengah bahkan abstain pun pasti ada. Mangga itu mah terserah selera saja.. Drakor juga gitu. Jadi.. tim Do-san atau tim Ji-pyeong kah Anda? #startup # drakor hehehe..

Tulisan asli dengan paparan lebih lengkap sudah lama diposting oleh teman saya, owner Daycare Bintang Waktu Jakarta Pusat (link-nya akan saya cantumkan di akhir blog bagian 2). Saya mendapatkan materi ini dalam bentuk lembaran newsletter Daycare Bintang Waktu Jakarta Pusat bulan April 2012 yang dibagikan saat hadir di salah satu acara mereka.

Di blog ini, saya hanya ingin membagi ulang plus ikut membuat ulasan ala Rumah Montessori dari paparan materi beliau tentang bagaimana tahapan otak anak berkembang berdasar teori Triune Brain by Paul M. Lean dan beberapa penjelasan terkait membaca pada anak usia dini yang nantinya akan membawa para orangtua pada sebuah kesimpulan masing-masing untuk menjawab sendiri pertanyaan di judul tulisan ini. Mungkin juga akan ditemukan beberapa tambahan catatan serta pemikiran dari versi saya sendiri terkait bahasan ini. Semoga bermanfaat..

Tahapan perkembangan otak anak (Triune Brain Theory) :


1.   Fish Brain (mulai dalam kandungan)

Perkembangan batang otak anak yang terbentuk ketika anak masih dalam kandungan. Inilah sebabnya bayi mampu ‘berenang’ dalam rahim ibunya juga mampu berenang di dalam air tanpa ada yang mengajari. Jika seorang bayi berusia 1-2 bulan dimasukkan ke bak mandi, dia biasanya akan refleks menggerak-gerakkan kaki dan tangannya seperti gaya berenang seekor anjing.

2.   Reptile Brain (2 – 3 tahun)

Bagian perkembangan dari batang otak dan cerebellum. Pada tahap ini anak memiliki tingkah laku seperti reptile ‘fight or flight’ (melawan atau melarikan diri untuk survive) yaitu aktif bergerak, melawan, melarikan diri (kabur) serta menghindari perubahan. Fungsi pencernaan, reproduksi, sirkulasi darah dan pernafasan juga disimpan disini. Inilah sebabnya seorang anak akan cenderung lari atau sembunyi minta perlindungan orangtuanya, menghindar, pasang muka galak dan beberapa malah menyerang duluan bila mereka bertemu dengan orang asing atau ketika merasa terganggu kenyamanannya. Manusia memiliki insting untuk survive : fight or flight. Fight (bertahan - melawan) digambarkan disini pada anak yang pasang muka galak lalu marah dan memukul duluan sedangkan flight (melarikan diri) digambarkan pada anak yang lari lalu sembunyi di orangtuanya.

Makanya gak heran kalau di prasekolah, anak-anak usia ini tuh lagi susah banget diajak kooperatif. Aktif bergerak, lari kesana kesini, belum mau ikuti instruksi kegiatan guru karena masih punya mau dan ruang sendiri untuk menemukan kenyamanan di lingkungan yang masih belum menjadi comfort zone-nya. Guru yang masih belum dipercayainya masih termasuk faktor pengganggu kenyamanan. Sabar, pahami dan ikuti aja bahwa ini memang phase yang perlu dia lewati. Kebayang ya mereka perlu waktu, upaya keras dan latihan melewati semua proses supaya bisa matang dan sampai ke tahap perkembangan otak berikutnya

3.   Mammals Brain (mulai 4 tahun)

Perkembangan dari sistim limbik. Di masa ini anak mulai mengenal cara bersosialisasi dengan baik. Mereka mulai suka bermain secara berkelompok, menciptakan aturan main serta  mencoba melakukannya bersama teman-temannya, bernegosiasi, bertukar ide serta mulai memilah pertemanan sesuai kenyamanan. Kalau mau contoh nyata : perhatikan saja anak-anak di kelas mulai TK A.

4.   Cerebral Cortex (mulai usia 3,5 - 4 tahun baru 90%)

Lapisan terluar otak yang fungsinya terbentuk sempurna bila batang otak dan sistim limbik sudah sempurna. Di bagian otak inilah fungsi-fungsi kognitif atau intelektual berkembang termasuk kemampuan baca tulis hitung atau calistung.

Kalau ditanya bisakah anak di bawah usia 3 tahun diajarkan membaca dan apakah mereka akan mampu? Jawabannya : tentu bisa dan akan mampu. Hanya saja, kalau kita perhatikan lagi tahapan perkembangan otak anak di atas, kebutuhan hidup mereka bukan hanya calistung semata. Perlu sekali untuk melatih kematangan fase perkembangan otak sebelumnya dan aspek tumbuh kembang lainnya.

Anak usia di bawah 3 tahun bisa saja diajarkan membaca, namun walaupun disampaikan dengan cara bermain, nutrisi yang diterima oleh anak akan membantu otak untuk bekerja keras menyempurnakan fungsi cerebral cortex-nya. Akibatnya akan ada bagian otak lain yang ‘dikorbankan’ alias tidak berfungsi dengan sempurna dan biasanya bagian reptile brain dan mammals brain. Mungkin inilah alasan dari mengapa orang-orang yang sangat pintar umumnya kurang terampil bersosialisasi, temperamental (emosional) dan  kurang mampu menyelesaikan konflik.

Ibarat buah mangga yang dipetik belum matang benar lalu di-karbit atau diberi perlakuan khusus untuk disegerakan matang siap santap. Maka akan ada beberapa tahap yang tidak tuntas seperti proses penyempurnaan kematangan rasa, tekstur dan aroma. Bagian rasa dan aromanya tidak akan semanis dan seharum mangga yang dibiarkan matang pohon, tekstur daging buahpun kurang juicy. Kenikmatan saat kita menyantapnya kurang sempurna karena buah tersebut tidak sempat menyempurnakan fase-fase yang seharusnya tidak dilewati.

BERSAMBUNG ke bagian 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar