Pages

Selasa, 04 Desember 2012

Menjadi Guru Montessori Ideal (Bag 2)


Guru ideal yang diperlukan dalam sistem pembelajaran dengan metoda Montessori adalah guru yang mengajar hanya sedikit, tetapi banyak mengamati dan hanya mengarahkan anak untuk melakukan latihan-latihannya sendiri. Dia lebih banyak pasif daripada aktif . (Lillard, 1972).
 
Yang perlu dilakukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator ketika menghadapi anak secara perseorangan dalam kegiatan belajar :
 
-        Pandanglah anak dengan sungguh-sungguh dengan melakukan kontak mata yang baik dan samakan ketinggian kita dengannya ketika berbicara. Berbicara dengan lembut dan berada benar-benar di dekatnya membuat semua komunikasi menjadi efektif dan efisien.
 
-        Guru dan anak didik diharapkan dapat saling belajar dan bekerja sama. Jangan pernah sungkan untuk belajar dari anak didik dan jangan pernah ‘gengsi’ untuk mengatakan tidak tahu maupun mengakui kesalahan. Anak didik berperan sebagai subjek dan objek dalam kegiatan belajar mengajar. Guru Montessori bukan pusat perhatian kegiatan belajar, melainkan anak didik yang menjadi pusat perhatian kegiatan belajar. (Lillard, 1972)
 
-        Dalam mengajarkan sesuatu, guru Montessori mempunyai tahapan-tahapan terstruktur yang dimulai dari mengenalkan, mengerjakan, menyelesaikan sampai pada tahap memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencoba. Hal yang penting untuk diketahui adalah, ketika anak mempelajari hal tersebut bukanlah semata-mata belajar langsung dari gurunya tetapi justru dia belajar melalui kemampuan pengamatannya sendiri. (Absorbent Mind dalam Hainstock, 1986)
 
-        Untuk itu, sebagai guru Montessori jangan pernah bosan untuk mengulang terus memberi tahu anak bagaimana cara mengerjakan latihannya dengan benar karena dengan latihan yang dikerjakan berulang-ulang itulah yang membuat kemampuan pengamatan si anak akan meningkat sehingga cepat atau lambat anak akan menemukan sendiri kesalahannya. (Absorbent Mind dalam Hainstock, 1986)
 
-        Ketika anak tengah bersemangat mengerjakan latihannya sendiri, guru Montessori sebaiknya tidak melakukan interupsi. Kunci suksesnya adalah ketika anak mulai berkonsentrasi penuh, berlakulah seakan-akan seperti anak tidak ada. (Absorbent Mind dalam Hainstock, 1986). Biarkanlah anak mengerjakan latihannya dengan cara dan kemampuannya sendiri. Karena jika interupsi dilakukan, maka konsentrasi anak akan terganggu. Konsentrasi anak adalah hal terpenting dalam aktivitasnya.
 
-        Ketika anak selesai mengerjakan latihannya hal yang perlu diingat seorang guru Montessori adalah jangan pernah membuat anak merasa dia telah berbuat kesalahan. (Absorbent Mind dalam Hainstock, 1986). Karena hal inilah yang dapat menjadi penyebab ‘pembunuh’ terbesar dalam keinginannya untuk belajar dan mencoba. Membiarkan anak puas dengan apa yang telah dikerjakannya sendiri akan lebih baik untuk perkembangan rasa percaya dirinya.
 
Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar