Does Montessori Method Prepare Children For The Real World?
By
Tim Seldin
Presented
in One World One Montessori. 1st Montessori Conference Jakarta on March
17-18, 2012
Haloo..
jumpa lagi.. nge-blog lagi.. hehehe.. cuaca lagi baik untuk balik nge-blog nih
kayanya.. setelah berabad-abad gak nongol.. eksisnya di Instagram dan Facebook
melulu.. hahaha dasar narsiissss..
Kalau
nge baca judulnya kali ini, meni gaya euy.. pake Bahasa Inggris.. tapi
bujubuneee… eta tahun 2012.. kebayang yaa almost enam tahun yang lalu..
Tapi
percayalah, tema presentasi yang saya hadiri saat konferensi Montessori pertama
ini luar biasa recommended, masih valid dan sangat bermanfaat serta menjadi
bagian yang selalu dipertanyakan oleh para newbie yang baru kenalan sama metoda
indah ini. Mumpung lagi nge-trend ni metoda.. lagi most wanted di-kepo-in para
ortu dan pendidik di Indonesia, masih sah saya share disini.
Apalagi
pemateri topik ini adalah seorang Tim Seldin yang jauh-jauh datang untuk
nge-bagiin ilmu dan pengalamannya sebagai Montessorian ke Indonesia, saat Montessori
belum se-booming dan se-populer ini di Indonesia (sekilas profil nya beliau
akan saya share juga kok disini 😊)
Momen
saat mengikuti konferensi inipun berkesan sekali buat saya.. Kami berdua, saya
dan Tim Seldin sama-sama berada dalam satu acara besar per-montessorian di
Indonesia untuk memberikan materi yang sudah pasti bertujuan membuat pendidikan
Indonesia menjadi lebih baik. Semua tokoh keynote speakers yang diundang saat Konferensi
Montessori pertama di Jakarta ini luar biasa paling keren dibanding dengan
konferensi-konferensi berikutnya. Saat itu saya sudah mulai gencar bergerak meneruskan
salah satu gagasan dari teman baik, guru dan mentor saya Bunda Julia Ahmad
(Rumah Bermain Padi Bandung) yaitu : Montessori ber-Bahasa Indonesia. Saat saya
mengajukan diri mengisi kelas di konferensi ini dengan tajuk “Fun Reading with
Montessori in Bahasa Indonesia” dengan presentasi kelas yang menggunakan full Bahasa
Indonesia, hampir ditolak komite cuyy!! Disarankan komite, saya harus pakai English,
hehehe.. tapi tekad udah jelas.. saya keukeuh ke komite : kalau mengadakan
konferensi di Indonesia sebaiknya ada materi yang berunsur budaya lokal dan sesuai
kebutuhan negeri ini.. *weitss..woles, Vy..
Alhamdulillah
mereka support.. maka disinilah pertama kali saya membagi persiapan membaca Bahasa
Indonesia dengan metoda montessori. Finally… saya dikasih, nyelip satu kelas – satu-satunya
yang fully speak in Bahasa.. yang akhirnya di konferensi-konferensi berikutnya
selalu menjadi lebih banyak kelas-kelas yang materinya dipresentasikan dalam
Bahasa Indonesia. Yup.. saya hanya berpikir, jangan nanggung lah kalau mau
berbagi ilmu dan memajukan pendidikan Indonesia, Bahasa yang masih mayoritas
dipahami dan dikuasai di negeri kita ini ya masih Indonesia kok.. Sekolah-sekolah
yang pakai Bahasa Inggris mah udah keruan levelnya ada dimana.. kualitasnya
juga.. Nah justru yang perlu di-upgrade adalah sekolah-sekolah lainnya lah yang
mayoritas masih berbahasa ibu pertiwi. Mereka harus bisa masuk untuk dinaikkan
wawasan dan kualitasnya.. Merdeka! *lhaa..hahaha..
*eh
naha jadi curhat yah..?*
Yuk
ah kita baca-baca materi yang sesuai dengan judul di atas.. Mari kita mulai
belajar Bahasa Inggris 😊
Tapi sebelum mulai baca, mau narsis
dulu sama pemateri topik judul ini boleh ya..
Ini foto bareng saya dengan Mr.
Tim Seldin, Bapak yang hangat dan baik hati.. *ssstt.. ehmm..
Does
Montessori Prepare Children For The Real World?
In a
word, Yes. Here’s why..
1. Montessori
help children master the intellectual skills and knowledge that are basic to
our culture and technology. As Montessori students master one level of academic
skills they are able to apply themselves to increasingly challenging works across
the academic disciplines. They tend to be reflective scholars. They write,
speak, and think clearly and thoughtfully. They have learned how to learn by
doing real things in the real world – experiential learning. They have learned
how to integrate new concepts, analyze data, and think critically. Children who
grow up in Montessori schools tend to be culturally literate, well educated,
and highly successful in university and later life.
2. Montessori
develop intrinsic motivation : the innate desire that drives students to engage
in an activity for enjoyment and satisfaction.
3. Montessori
cultivates creativity and originality : Montessori students are normally exceptionally
creative in their thinking and confident in self-expression. They recognize the
value of their own ideas, respect the creative process of others and are willing
to explore ideas together in search of truth or new solutions.
4. Montessori
students tend to be extraordinarily self-confident and competent. They perceive
themselves as successful people, but are not afraid of making and learning from
their mistakes.
5. Montessori
students do not see themselves as “children”, but as young members of the world.
They tend to look up to teachers and other adults as mentors, friends, and
guides rather than as unwelcome taskmasters who place limits on their freedom.
6. Children
who grow up in Montessori rarely feel the need to rebel and act out. Although even
Montessori children will explore the limits and test their parents’ resolve, they
basically follow an inner creed of self-respect. They accept limits and tend to
follow common sense. Moreover, they have a tendency to consciously reach out to
their friends and the larger community, seeking ways to help others and make a
positive contribution to the world.
7. Montessori
children are not easily influenced by their peer group to do anything stupid. Like
all of us, children who grow up in Montessori Schools want to have friends and
are affected by their interests and attitudes. On the other hand, in addition
to having grown up in a culture that consistently teaches and follows universal
values of kindness, honor, and respect. Montessori children tend to think for
themselves.
8. Montessori
students are often spiritually alive, exceptionally compassionate, empathetic,
and sensitive to the natural world and the human condition.
In summary, these children that we’re raising aren’t
perfect, but they tend to be terrific kids. They have all the values and
attitudes that pay off in college and the real world. They aren’t afraid of
hard work. They are eager to learn, think and explore new ideas. They enjoy people
and know how to develop strong friendships. They generally follow the rules and
act responsibly. They live from a basic sense of self-respect and rarely get
themselves into self-destructive situations. They tend to be self-disciplined
and fairly well organized. They tend to meet deadlines, come to class prepared
and actually enjoy their classes.
Does Montessori
prepare children for the real world? They are the average college professor’s
dream come true. In the world after college, they tend to become lifelong
learners, creative and energetic employees and quite often entrepreneurs.
Montessori
students tend to develop great character : people who can be trusted and on
whom one can depend. They tend to exhibit warmth, humanity and compassion. Their
lives tend to reflect both joy and dignity. This is the type of men and women
we hope our sons and daughters will grow up to be.
This is
the ultimate outcome of a Montessori education.
Jadi... kalau
di Bahasa Indonesia-kan kira-kira beginilah... (kesimpulan saya)
Singkatnya, anak-anak yang dibesarkan dengan lingkungan atau metoda Montessori memang tidak sempurna, tetapi mereka cenderung menjadi anak-anak
yang luar biasa, tangguh dan handal. Mereka memiliki semua nilai-nilai dan sikap yang dibutuhkan
di perguruan tinggi dan dunia nyata. Mereka tidak takut kerja keras. Mereka
bersemangat untuk belajar, berpikir dan mengeksplorasi ide-ide baru. Mereka
menikmati sosialisasi dengan sesama manusia dan tahu cara membangun
persahabatan yang kuat. Pada umumnya mereka taat pada aturan dan bertanggung
jawab. Kehidupan mereka berawal dari kuatnya dalam menghargai diri sendiri
sehingga jarang membuat mereka terbawa ke dalam situasi yang merusak diri
sendiri. Mereka cenderung berdisiplin diri dan hidup teratur. Mereka juga mampu
memenuhi tugas dengan tenggat waktu, datang ke kelas dengan penuh kesiapan diri
serta benar-benar menikmati kegiatan belajar di kelas mereka.
Apakah Montessori mempersiapkan anak-anak
untuk dunia nyata? Jawabannya adalah : Ya, salah satu contohnya adalah mereka memiliki standar
rata-rata yang diharapkan para dosen atau profesor di perguruan tinggi. Setelah
kuliah nanti, mereka mampu menjadi pembelajar yang aktif seumur hidup, kreatif, karyawan
yang penuh semangat dan cekatan serta bisa pula menjadi pengusaha handal.
Mereka juga cenderung mampu untuk
mengembangkan karakter-karakter positif seperti : menjadi individu yang dapat
dipercaya dan mampu menjadi tempat bergantung. Mereka akan menunjukkan
kehangatan, berperikemanusiaan dan mempunyai empati. Kehidupan mereka cenderung
penuh dengan sukacita (kebahagiaan) dan rasa saling hormat-menghormati.
Jelas, bahwa itu semua adalah tipikal
manusia yang pastinya kita harapkan dari pertumbuhan putra dan putri kita.
Dan semua hal di atas tadi adalah gambaran (sekaligus harapan) hasil akhir yang tertinggi dari metode Montessori.
Who
is Tim Seldin?
President
of The Montessori Foundation & Chair of International Montessori Council
His almost
forty (40) years of experience in Montessori education includes twenty-two
years as Headmaster of the Barrie School in Silver Spring, MD, his own alma
mater (age two through high school graduation). He has also served as the
Director of the Institute for Advanced Montessori Studies and as a Head of the
New Gate School in Sarasota, Florida. He earned a B.A in History and Philosophy
from Georgetown University, an M.Ed. in Educational Administration and Supervision
from the American University and his Montessori certification from the American
Montessori Society.
Tim
Seldin is the author of several books on Montessori Education, including his
latest, How to Raise an Amazing Child, The Montessori Way with Dr. Paul
Epstein, Building a World-class Montessori School, Finding the Perfect Match –
Recruit and Retain Your Ideal Enrollment, Master Teachers – Model Programs,
Starting a New Montessori School, Celebrations of Life, and The World in the Palm
of Her Hand.
Tim is
the father of three former Montessori students (Marc, Michelle and Caitlin), stepfather
to two more former Montessori students
(Robin and Chelsea) and the grandfather of two Montessori children : Hollis and
Alexander. He lives on a small vineyard north of Sarasota, Florida with his
wife : Joyce St. Giermaine, their four horses, twenty dogs and two hairless Sphinx
cats.
(copy
from his summary profile – Montessori Conference 2012)
Mudah-mudahan blog saya bermanfaat untuk semua ya…
Ingat-ingat.. Tolong garisbawahi bahwa topik ini hanya dari
sudut pandang seorang montessorian yang sudah berpengalaman lama dalam mengamati output individu Montessori sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Mohon tetap jangan sempit dalam memandang, teruslah belajar
dan mencari tahu dari sudut pandang yang lainnya, tetap buka mata buka hati terhadap
pengayaan wawasan. Olah dan pikirkan kembali sesuai kebutuhan, pilihan tetap
ada di tanganmu, temans..
Enjoy
my blog 😊
nomer 5 😂
BalasHapusthank you for sharing miss.. sehat selalu ya..
iyess ibumi.. tah eta 'ningan.. hehe.. nuhun pidu'ana nya, bageur..
Hapus