Pages

Jumat, 26 Januari 2018

Apakah Metoda Montessori Mempersiapkan Anak-anak untuk Menghadapi Dunia Nyata?


Does Montessori Method Prepare Children For The Real World?

By Tim Seldin

Presented in One World One Montessori. 1st Montessori Conference Jakarta on March 17-18, 2012


Haloo.. jumpa lagi.. nge-blog lagi.. hehehe.. cuaca lagi baik untuk balik nge-blog nih kayanya.. setelah berabad-abad gak nongol.. eksisnya di Instagram dan Facebook melulu.. hahaha dasar narsiissss..

Kalau nge baca judulnya kali ini, meni gaya euy.. pake Bahasa Inggris.. tapi bujubuneee… eta tahun 2012.. kebayang yaa almost enam tahun yang lalu..

Tapi percayalah, tema presentasi yang saya hadiri saat konferensi Montessori pertama ini luar biasa recommended, masih valid dan sangat bermanfaat serta menjadi bagian yang selalu dipertanyakan oleh para newbie yang baru kenalan sama metoda indah ini. Mumpung lagi nge-trend ni metoda.. lagi most wanted di-kepo-in para ortu dan pendidik di Indonesia, masih sah saya share disini.

Apalagi pemateri topik ini adalah seorang Tim Seldin yang jauh-jauh datang untuk nge-bagiin ilmu dan pengalamannya sebagai Montessorian ke Indonesia, saat Montessori belum se-booming dan se-populer ini di Indonesia (sekilas profil nya beliau akan saya share juga kok disini 😊)

Momen saat mengikuti konferensi inipun berkesan sekali buat saya.. Kami berdua, saya dan Tim Seldin sama-sama berada dalam satu acara besar per-montessorian di Indonesia untuk memberikan materi yang sudah pasti bertujuan membuat pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Semua tokoh keynote speakers yang diundang saat Konferensi Montessori pertama di Jakarta ini luar biasa paling keren dibanding dengan konferensi-konferensi berikutnya. Saat itu saya sudah mulai gencar bergerak meneruskan salah satu gagasan dari teman baik, guru dan mentor saya Bunda Julia Ahmad (Rumah Bermain Padi Bandung) yaitu : Montessori ber-Bahasa Indonesia. Saat saya mengajukan diri mengisi kelas di konferensi ini dengan tajuk “Fun Reading with Montessori in Bahasa Indonesia” dengan presentasi kelas yang menggunakan full Bahasa Indonesia, hampir ditolak komite cuyy!! Disarankan komite, saya harus pakai English, hehehe.. tapi tekad udah jelas.. saya keukeuh ke komite : kalau mengadakan konferensi di Indonesia sebaiknya ada materi yang berunsur budaya lokal dan sesuai kebutuhan negeri ini.. *weitss..woles, Vy..

Alhamdulillah mereka support.. maka disinilah pertama kali saya membagi persiapan membaca Bahasa Indonesia dengan metoda montessori. Finally… saya dikasih, nyelip satu kelas – satu-satunya yang fully speak in Bahasa.. yang akhirnya di konferensi-konferensi berikutnya selalu menjadi lebih banyak kelas-kelas yang materinya dipresentasikan dalam Bahasa Indonesia. Yup.. saya hanya berpikir, jangan nanggung lah kalau mau berbagi ilmu dan memajukan pendidikan Indonesia, Bahasa yang masih mayoritas dipahami dan dikuasai di negeri kita ini ya masih Indonesia kok.. Sekolah-sekolah yang pakai Bahasa Inggris mah udah keruan levelnya ada dimana.. kualitasnya juga.. Nah justru yang perlu di-upgrade adalah sekolah-sekolah lainnya lah yang mayoritas masih berbahasa ibu pertiwi. Mereka harus bisa masuk untuk dinaikkan wawasan dan kualitasnya.. Merdeka! *lhaa..hahaha..

*eh naha jadi curhat yah..?*

Yuk ah kita baca-baca materi yang sesuai dengan judul di atas.. Mari kita mulai belajar Bahasa Inggris 😊

Tapi sebelum mulai baca, mau narsis dulu sama pemateri topik judul ini boleh ya..

Ini foto bareng saya dengan Mr. Tim Seldin, Bapak yang hangat dan baik hati.. *ssstt.. ehmm..



Does Montessori Prepare Children For The Real World?

In a word, Yes. Here’s why..

1.   Montessori help children master the intellectual skills and knowledge that are basic to our culture and technology. As Montessori students master one level of academic skills they are able to apply themselves to increasingly challenging works across the academic disciplines. They tend to be reflective scholars. They write, speak, and think clearly and thoughtfully. They have learned how to learn by doing real things in the real world – experiential learning. They have learned how to integrate new concepts, analyze data, and think critically. Children who grow up in Montessori schools tend to be culturally literate, well educated, and highly successful in university and later life.

2.   Montessori develop intrinsic motivation : the innate desire that drives students to engage in an activity for enjoyment and satisfaction.

3.   Montessori cultivates creativity and originality : Montessori students are normally exceptionally creative in their thinking and confident in self-expression. They recognize the value of their own ideas, respect the creative process of others and are willing to explore ideas together in search of truth or new solutions.

4.   Montessori students tend to be extraordinarily self-confident and competent. They perceive themselves as successful people, but are not afraid of making and learning from their mistakes.

5.   Montessori students do not see themselves as “children”, but as young members of the world. They tend to look up to teachers and other adults as mentors, friends, and guides rather than as unwelcome taskmasters who place limits on their freedom.

6.   Children who grow up in Montessori rarely feel the need to rebel and act out. Although even Montessori children will explore the limits and test their parents’ resolve, they basically follow an inner creed of self-respect. They accept limits and tend to follow common sense. Moreover, they have a tendency to consciously reach out to their friends and the larger community, seeking ways to help others and make a positive contribution to the world.

7.   Montessori children are not easily influenced by their peer group to do anything stupid. Like all of us, children who grow up in Montessori Schools want to have friends and are affected by their interests and attitudes. On the other hand, in addition to having grown up in a culture that consistently teaches and follows universal values of kindness, honor, and respect. Montessori children tend to think for themselves.

8.   Montessori students are often spiritually alive, exceptionally compassionate, empathetic, and sensitive to the natural world and the human condition.

In summary, these children that we’re raising aren’t perfect, but they tend to be terrific kids. They have all the values and attitudes that pay off in college and the real world. They aren’t afraid of hard work. They are eager to learn, think and explore new ideas. They enjoy people and know how to develop strong friendships. They generally follow the rules and act responsibly. They live from a basic sense of self-respect and rarely get themselves into self-destructive situations. They tend to be self-disciplined and fairly well organized. They tend to meet deadlines, come to class prepared and actually enjoy their classes.

Does Montessori prepare children for the real world? They are the average college professor’s dream come true. In the world after college, they tend to become lifelong learners, creative and energetic employees and quite often entrepreneurs.

Montessori students tend to develop great character : people who can be trusted and on whom one can depend. They tend to exhibit warmth, humanity and compassion. Their lives tend to reflect both joy and dignity. This is the type of men and women we hope our sons and daughters will grow up to be.

This is the ultimate outcome of a Montessori education.


Jadi... kalau di Bahasa Indonesia-kan kira-kira beginilah... (kesimpulan saya)

Singkatnya, anak-anak yang dibesarkan dengan lingkungan atau metoda Montessori memang tidak sempurna, tetapi mereka cenderung menjadi anak-anak yang luar biasa, tangguh dan handal. Mereka memiliki semua nilai-nilai dan sikap yang dibutuhkan di perguruan tinggi dan dunia nyata. Mereka tidak takut kerja keras. Mereka bersemangat untuk belajar, berpikir dan mengeksplorasi ide-ide baru. Mereka menikmati sosialisasi dengan sesama manusia dan tahu cara membangun persahabatan yang kuat. Pada umumnya mereka taat pada aturan dan bertanggung jawab. Kehidupan mereka berawal dari kuatnya dalam menghargai diri sendiri sehingga jarang membuat mereka terbawa ke dalam situasi yang merusak diri sendiri. Mereka cenderung berdisiplin diri dan hidup teratur. Mereka juga mampu memenuhi tugas dengan tenggat waktu, datang ke kelas dengan penuh kesiapan diri serta benar-benar menikmati kegiatan belajar di kelas mereka.

Apakah Montessori mempersiapkan anak-anak untuk dunia nyata? Jawabannya adalah : Ya, salah satu contohnya adalah mereka memiliki standar rata-rata yang diharapkan para dosen atau profesor di perguruan tinggi. Setelah kuliah nanti, mereka mampu menjadi pembelajar yang aktif seumur hidup, kreatif, karyawan yang penuh semangat dan cekatan serta bisa pula menjadi pengusaha handal.

Mereka juga cenderung mampu untuk mengembangkan karakter-karakter positif seperti : menjadi individu yang dapat dipercaya dan mampu menjadi tempat bergantung. Mereka akan menunjukkan kehangatan, berperikemanusiaan dan mempunyai empati. Kehidupan mereka cenderung penuh dengan sukacita (kebahagiaan) dan rasa saling hormat-menghormati.
Jelas, bahwa itu semua adalah tipikal manusia yang pastinya kita harapkan dari pertumbuhan putra dan putri kita.

Dan semua hal di atas tadi adalah gambaran (sekaligus harapan) hasil akhir yang tertinggi dari metode Montessori.


Who is Tim Seldin?
President of The Montessori Foundation & Chair of International Montessori Council

His almost forty (40) years of experience in Montessori education includes twenty-two years as Headmaster of the Barrie School in Silver Spring, MD, his own alma mater (age two through high school graduation). He has also served as the Director of the Institute for Advanced Montessori Studies and as a Head of the New Gate School in Sarasota, Florida. He earned a B.A in History and Philosophy from Georgetown University, an M.Ed. in Educational Administration and Supervision from the American University and his Montessori certification from the American Montessori Society.

Tim Seldin is the author of several books on Montessori Education, including his latest, How to Raise an Amazing Child, The Montessori Way with Dr. Paul Epstein, Building a World-class Montessori School, Finding the Perfect Match – Recruit and Retain Your Ideal Enrollment, Master Teachers – Model Programs, Starting a New Montessori School, Celebrations of Life, and The World in the Palm of Her Hand.

Tim is the father of three former Montessori students (Marc, Michelle and Caitlin), stepfather to two  more former Montessori students (Robin and Chelsea) and the grandfather of two Montessori children : Hollis and Alexander. He lives on a small vineyard north of Sarasota, Florida with his wife : Joyce St. Giermaine, their four horses, twenty dogs and two hairless Sphinx cats.
(copy from his summary profile – Montessori Conference 2012)

Mudah-mudahan blog saya bermanfaat untuk semua ya…

Ingat-ingat.. Tolong garisbawahi bahwa topik ini hanya dari sudut pandang seorang montessorian yang sudah berpengalaman lama dalam mengamati output individu Montessori sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Mohon tetap jangan sempit dalam memandang, teruslah belajar dan mencari tahu dari sudut pandang yang lainnya, tetap buka mata buka hati terhadap pengayaan wawasan. Olah dan pikirkan kembali sesuai kebutuhan, pilihan tetap ada di tanganmu, temans..

Enjoy my blog 😊








2 komentar:

  1. nomer 5 😂
    thank you for sharing miss.. sehat selalu ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyess ibumi.. tah eta 'ningan.. hehe.. nuhun pidu'ana nya, bageur..

      Hapus