Pages

Rabu, 09 Desember 2015

Melebur & Menyatukan Montessori Dengan Sistem Lain (bagian 1)


(Kisah Program Pendampingan Rumah Montessori di sebuah Prasekolah di Jakarta)

Awalnya judul di atas termasuk pertanyaan ‘most wanted’ di pelatihan saya atau sering dikenal FAQ di buku-buku petunjuk manual sebuah produk. Setiap menjawab pertanyaan tersebut selalu saya jawab enteng hanya sebatas lisan, karena saya belum menggelar fasilitas pendampingan sekolah yang ingin benar-benar ber-transformasi dari sistem yang ada menjadi sebuah sekolah yang memasukkan unsur metoda dan kurikulum montessori di dalamnya.

Memang benar, di benak saya tidak terlalu rumit apalagi jika skup sekolah tidaklah terlalu besar dan massal. Semua masih bisa diatur-atur dan digeser-geser agar pas sesuai dengan rencana dari desain sistem yang akan dilebur. Dengan catatan :

-        Sekolah memang mempunyai komitmen, niat besar dan keyakinan untuk menjalankannya. Terlebih lagi catatan khusus ini harus nempel sangat lekat di pimpro-nya alias PIC yang akan menjalankan program-nya. Jangan heran, kalau PIC-nya sendiri merasa kurang percaya diri, belum memahami benar bahwa benang merah montessori dan sistem manapun adalah serupa tapi tak sama, dan masih ‘galau’ menjalankan program ini à hasilnya juga akan keteteran, terutama dalam hal mem-booster tim gurunya yang sering terkena imbasnya. Seorang PIC harus siap menjadi ‘team player’ yang baik.

-        Sekolah rela diobok-obok jadwal rutinnya, posisi kelas, formasi gurunya, kelompok anak-nya, lay out kelas dan bahkan sampai kepada ‘manner’ atau tata krama guru-gurunya. Bila tidak rela, saya yang mundur perlahan J

Suatu hari pinangan untuk mendampingi sistem itu datang dari sebuah prasekolah di Jakarta Pusat, Bloom Islamic Preschool namanya. Sekolah ini awalnya pernah menerapkan metoda montessori dan kemudian mulai di akhir tahun 2014 kemarin berencana untuk perlahan menjalankan kembali metoda montessori ini lebih intens sebagai bagian dari sistem pembelajarannya. Terima kasih untuk kesempatan luar biasa ini, karena disinilah para guru benar-benar berjuang bersama untuk beradaptasi beralih dari sistem konvensional ke sistem montessori yang terintegrasi dengan kurikulum lainnya. Mulai dari pelatihan, menguji kemampuan guru sampai kepada observasi dan penanganan anak dan manajemen kelas di lapangan. Semua dilakukan dengan time table yang bertahap, tidak langsung membuka semua area karena guru-guru ini juga perlu diberi kesempatan untuk beradaptasi dengan sesuatu yang baru, SOP yang baru bahkan sampai pada tata krama menghargai anak..ternyata tampak menjadi perjuangan tersendiri bagi para pendidik J

Hari demi hari para guru menunjukkan perkembangan yang baik dan semua itu berpengaruh terhadap kondisi anak-anak yang mulai ‘normalize’ atau terbiasa dengan aturan main dari sistem yang baru.

Saya hanya bisa akui, yang masih bertahan sampai saat ini di titik sistem seperti ini terbukti sudah bahwa mereka tahan uji mental. Satu yang saya pastikan, bukanlah hal mudah untuk berjalan di atas sebuah konsep baru apalagi dengan sebuah budaya yang sudah sangat melekat sebelumnya. Terimakasih rekan-rekan Bloom atas keterbukaan hatinya, kerelaannya belajar bersama, berjuang dan senantiasa masih punya komitmen dalam menjalankan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia. Mudah-mudahan terus berkembang menjadi pusat pendidikan anak usia dini yang berkualitas.
 
 Foto bersama Bloom Preschool Team


 

 

 

 

Junior dan senior dengan menara merah muda

 

 

 

notes : sudah diizinkan untuk tayang dan di-posting di blog oleh owner sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar