Pages

Rabu, 16 November 2022

MONTESSORI ITU (katanya) Terlalu Bebas - Bikin Bingung Anak, Terlalu Fokus ke Lifeskills, Sekolahnya Mahal


MONTESSORI ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… Bagian-3

Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD


Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD

(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)

·       Montessori itu (katanya)..  Terlalu memberikan kebebasan untuk memilih sehingga dapat membingungkan anak dan juga terlalu bebas bergerak di kelas

Penyajian material di kelas Montessori sebaiknya dipastikan : tertata rapi dan sistematis, teratur, terukur (tidak terlalu banyak tidak terlalu sedikit) sehingga tidak akan membingungkan karena kuantitas alat kegiatan yang sudah diukur. Dengan memberikan kebebasan memilih pada anak justru akan memudahkan anak untuk memastikan pilihan kegiatan yang benar-benar ia ingin dan butuhkan saat itu. Apalagi material yang disajikan adalah material kegiatan yang sudah disiapkan untuk kebutuhan sesuai range usianya. Yang membuat bingung anak justru biasanya datang dari terlalu banyaknya instruksi, perintah dan pilihan yang disodorkan (bahkan dengan sedikit dipaksa) oleh orang dewasa kepada anak, serta banyaknya material yang didisplay tidaklah sesuai dengan ketertarikan dan kebutuhan masa peka dan usianya.

Bebas bergeraknya anak di kelas Montessori adalah bergerak yang bermakna karena mereka memang sedang bekerja dengan alat kegiatannya serta ada respek atau saling menghargai orang lain saat kita bisa melihat mereka bergerak dan berjalan dengan hati-hati berupaya tidak mengganggu aktivitas teman-temannya. Jenis gerakan anak-anak di dalam kelas ada aturannya dan tetap mendapat arahan dari fasilitator agar tetap bisa beraktivitas dengan nyaman dan aman di dalam kelas (contohnya : berjalan di kelas, cara bawa alat yang aman, berbicara perlahan dll).


·       Montessori itu (katanya).. Terlalu banyak mengarah ke aktivitas EPL atau Latihan Keterampilan Hidup di dalam kelas

Anak-anak di kelas montessori memang dibekali banyak pembelajaran untuk hidup. Hal paling mendasar dalam belajar sesuatu yang dilalui dan dilakukan oleh anak usia dini adalah fase meniru (imitating) segala aktivitas kehidupan yang ada di lingkungan sekitarnya. Artinya : sudah pastilah setiap kegiatan sehari-hari ini memang  secara alami terasa dekat dan merupakan bagian dari kehidupan anak anak itu sendiri sehingga hal ini menjadi menarik bagi mereka untuk dilakukan secara berulang-ulang.

Perlu kita ketahui bahwa di dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ini banyak sekali gerakan-gerakan dasar yang anak lakukan dan gerakan ini adalah dasar persiapan untuk belajar dan beraktivitas ke level intelektual yang lebih lanjut. Di aktivitas inilah anak akan mendapatkan pengalaman melalui aktivitas yang melatih sensori, koordinasi tangan dan mata, kontrol otot motorik kasar dan halus, problem solving serta koordinasi dan ketangkasan gerakan untuk menguatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk membaca dan menulis. Belum lagi mereka juga berlatih logika berpikir dan daya nalarnya.


·       Montessori itu (katanya).. Biaya sekolahnya mahal dan hanya bisa dijangkau oleh kalangan atas. Biaya sekolah Montessori level PAUD yang cukup tinggi belum tentu menjamin masa depan individu yang lebih baik

Zaman sekarang sepertinya sudah banyak bisa ditemukan prasekolah montessori yang biayanya terjangkau. Makin banyaknya sumber dan pusat pelatihan yang tersedia untuk mempelajari metode montessori dan diikuti pula makin banyaknya produsen pembuat alat montessori dengan harga bersaing menjadikan sekolah bermetode montessori ini makin mudah direalisasikan. Banyak juga modifikasi alat ajar dan sistem pengajaran yang dibuat berdasarkan pendekatan metode montessori sehingga kebutuhan dana untuk pengadaan alat montessori bisa ditekan banyak namun masyarakat tetap bisa mengenyam esensi dari metode montessori .

Pendapat lainnya adalah : banyak orangtua yang masih berpikir bahwa biaya pendidikan tinggi (kuliah) lebih penting dan lebih menentukan masa depan seseorang kelak sehingga mereka lebih rela menyisihkan dananya untuk level pendidikan tinggi ini. Sedikit yang menyadari bahwa pendidikan di level usia dini sebenarnya merupakan hal yang paling dasar dan krusial dalam menentukan kualitas keseluruhan tingkat pendidikan yang dijalani setiap individu dari level awal sampai tingkat lanjut. 


Bersambung ke Bagian-4.


Minggu, 13 November 2022

MONTESSORI ITU (katanya) Kok Penerapan Metodenya di Setiap Sekolah Montessori Bisa Gak Seragam sih? Bisa Beda Juga Sama Teori di Kursus


MONTESSORI ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… Bagian-6 (Selesai)

Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD

         

Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD

(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)


·       Montessori itu.. Kalau lihat di lapangan, performa guru dan kondisi yang berbeda-beda antara satu sekolah Montessori dengan yang lainnya. Nama ‘Montessori’ sepertinya tidak memberi arti bahwa mereka semua sekolah yang sama penerapannya.

Betul. Karena istilah ‘Montessori’ ini sudah generik dan menjadi public domain, sehingga orang-orang bisa bebas menggunakannya untuk sekolah/lembaga mereka.

Akan lebih baik bagi orang awam yang memang membutuhkan sekolah untuk mencari informasi dan melakukan survey terlebih dahulu, baik tentang metode, kurikulum maupun kualitas sekolah beserta pengajarnya. Sekolah montessori yang terakreditasi sekalipun dapat berbeda pada penerapan, SOP belajar mengajar, teknis praktek alat dll namun biasanya masih bisa ditemukan persamaan-persamaannya, salah satunya persamaan di filosofi atau esensinya.

Begitu juga dengan kursus pelatihan, lembaganya sama sama tempat pelatihan metode montessori namun aktual penerapan, isi konten belajar dll di lapangan bisa berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan interpretasi individu, tingkat pemahaman serta tujuan atau visi misi lembaga.

Hal ini sering menjadi kesalahpahaman dan pertanyaan mengapa metode ini bisa tidak seragam dalam penerapannya?

Menurut Montessori, individualitas dari setiap tampilan sebuah lembaga pendidikan montessori ini justru menarik karena faktanya terbukti bahwa memang manusia memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing yang tidak bisa diseragamkan. Jangan mencoba untuk harus selalu sama dengan orang lain karena justru dengan berbeda bisa menjadi identitas khas kita sendiri. Just be the best version of you.

Bagi yang merasa dirinya ‘montessorian’ lebih baik melakukan hal-hal di bawah ini :

-          Luaskan pikiran kita, gali informasi dan tambah lagi pengetahuan kita agar kita makin bijak dalam memandang sesuatu

-          Tidak perlu membanding-bandingkan sesama sekolah montessori yang berbeda wujud penerapannya

-          Tidak perlu memperdebatkan bahkan sampai saling menjatuhkan pihak lain. Just mind your own

-          Tidak perlu merasa paling benar dan paling tahu segalanya, apalagi sampai meremehkan dan melecehkan sebuah lembaga hanya karena mungkin tidak sama persis dengan teori atau pelajaran materi yang didapat dari kursus pelatihan montessori

-          Tidak perlu judging kalau belum tahu alasan sebenarnya, justru kenali lah lebih baik

Metode Montessori bukanlah metode belajar ter-sempurna di muka bumi ini, hasil kerja kerasnya selama ini tidak menjamin seluruh penduduk dunia akan sepakat dan cocok dengan metodenya.

Beberapa orang atau lembaga justru mungkin atau bisa jadi kesulitan bahkan gagal menerapkannya. Sehingga akan selalu perlu adanya modifikasi yang harus dilakukan di lapangan untuk menyesuaikan kebutuhan masing-masing individu atau lembaga yang sudah jelas tidak semuanya harus betul-betul meniru dan sama dengan metode Montessori secara teori.

Prinsip metode Montessori sudah jelas : berdasar pada kebutuhan individu, tahapan tumbuh kembang, humanis dan pendidikan ramah yang berpihak pada anak. Ini membuktikan bahwa metode ini sungguh fleksibel jika kita memahami betul setiap permasalahannya dan memahami hal yang tersirat dalam filosofi metode ini secara lebih mendalam.

Nah.. Selesai dulu sampai di bagian 6 ya rangkaian informasi seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD. Nanti kalau sudah banyak lagi data dan informasi serta pengetahuan lainnya yang sudah terkumpul dan lebih update, Insya Allah saya akan berbagi lagi ilmunya. Semoga bermanfaat dan makin diberikan jalan terang agar pemikiran kita makin bijak dan luas.

Terimakasih! 

Salam hangat dari penulis : Ivy Maya Savitri - Founder Rumah Montessori

 

MONTESSORI ITU (katanya) Metode Jadul, Bisakah Anak Yang Sekolah di PAUD Montessori beradaptasi di Sekolah Umum?


MONTESSORI ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… Bagian-5

Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD

Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD

(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)

·       Apakah anak yang mengenyam pendidikan usia dini di prasekolah Montessori dapat beradaptasi baik secara sosial dan akademik di sekolah-sekolah umum (konvensional)?

Menurut pendapat pribadi, semua individu yang menjalani kehidupan baru pasti akan mengalami masa-masa struggle (berjuang), namun sudah kodratnya manusia diciptakan memiliki kemampuan juang serta beradaptasi yang tinggi untuk survive (bertahan hidup) di manapun. Cepat lambatnya seseorang menyesuaikan diri bergantung pada banyak hal : individu, lingkungan dan dukungan orang sekitar. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pembelajar dan mumpuni (punya potensi kemampuan). Jadi, selama tidak ada faktor penyulit yang khusus, tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai anak yang akan melanjutkan ke sekolah manapun selama dia mendapat pendampingan dan dukungan positif dari sekitarnya. Mereka akan mampu mengikuti pola, aturan main dan semua ketetapan yang berlaku di tempatnya berada. Banyaklah berkomunikasi dengan anak dan pihak sekolah untuk memberikan petunjuk-petunjuk dan informasi yang berguna agar kedua belah pihak saling mengenal dan paham sehingga proses rangkaian belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sesuai harapan.

Adalah merupakan hal biasa dalam hidup jika kita bertemu dengan hal-hal yang berbeda dengan pengalaman sebelumnya, baik itu yang menyenangkan maupun tidak, namun tetap harus dijalani. Pengalaman ini sangat baik untuk bekal kita menjalani kehidupan berikutnya karena kita akan makin terbiasa dan terampil dengan adanya keragaman pengalaman ini.


·       Montessori itu (katanya).. Metodenya sudah ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan pendidikan zaman sekarang

Menurut pendapat pribadi, makin ke sini justru makin booming khususnya di Indonesia. Pendidikan karakter serta muatan pembelajaran akademiknya makin dirasakan relevan dengan kebutuhan zaman sekarang dan makin dirasakan banyak manfaat baiknya. Sistematika pengajarannya mudah diterima dan dipahami secara logika, sesuai dengan kondisi negara-negara berkembang - seperti negara kita salah satunya - yang sedang mulai melakukan banyak perubahan untuk menciptakan generasi masa depan yang lebih baik.

Semua teori pemikiran berbasis pendidikan tidak akan pernah lekang oleh waktu karena prinsip dan dasar-dasar pemikirannya selalu ditujukan kepada kebutuhan dan fitrah atau kodratnya manusia. Selama kodrat dan fitrah manusia tidak berubah, maka metode buah pemikiran para ahli pendidikan ini akan masih bisa berlaku untuk di kehidupan mendatang. Yang lebih diperlukan adalah kemampuan manusia untuk selalu fleksibel dan siap dengan segala  modifikasi dan bentuk-bentuk pengembangan baru yang dilakukan untuk adaptasi dan bertahan. 


Bersambung ke bagian-6 (Selesai).

MONTESSORI ITU (katanya) Anak Usia 3-6 th Digabung dan Bisakah Untuk Anak Normal?

 

MONTESSORI ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… Bagian-4

Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD

Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD

(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)

·       Montessori itu (katanya).. Terdapat kesenjangan (perbedaan) usia yang cukup jauh dalam pengelompokan usia di kelas montessori daripada kelas konvensional

Montessori percaya dan sudah terbukti di lapangan selama ini, bahwa anak-anak dapat saling belajar dari sesama teman. Banyak hal yang dapat diajarkan oleh seorang anak kepada temannya atau anak lain sebagaimana banyak hal juga yang diajarkan guru. Terdapat rasa saling respek (menghargai) yang berbeda di antara mereka karena mereka merasa lebih terdorong secara alami untuk melakukan kerjasama, saling support, dan berkolaborasi - bukan kompetisi. Saling belajar dari teman-teman seringkali membuat anak-anak jauh lebih bersemangat dalam melakukannya karena mencontoh role model yang lebih relate, lebih sesuai dan lebih konkrit dengan kelompok usianya. Lebih nyaman saat mereka melihat standar sebuah karya yang dihasilkan teman-teman daripada harus ikuti kesempurnaan hasil gurunya yang merupakan standar orang dewasa.

Satu lagi, metode ini membekali seseorang agar kelak bisa terampil bersosialisasi dengan orang lain yang beragam beda usianya. Itulah yang terjadi di kehidupan nyata. Mereka berlatih untuk selalu berpikir dan berlaku positif. Seorang yang lebih tua tidak harus selalu merasa paling bisa karena mereka tidak perlu malu jika harus belajar dari yang lebih muda. Yang lebih muda pun merasa bahwa mereka bisa tetap menghormati yang lebih tua tanpa harus merasa takut di-bully dll karena pada kenyataanya mereka memang sama-sama sedang belajar di dalam satu lingkungan.


·       Montessori itu (katanya).. Bermanfaatkah untuk anak normal? Mengingat aslinya metode ini adalah untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus – kekurangan – hambatan belajar

Menurut pendapat pribadi, metode ini telah berhasil untuk anak-anak yang kekurangan dan memiliki hambatan belajar. Mereka saja yang memiliki kesulitan belajar bisa menjadi paham dan lebih mudah menyerap pembelajaran yang disampaikan melalui metode ini, berarti apalagi untuk anak normal yang tidak memiliki kesulitan khusus untuk mempelajari banyak hal.

Montessori pun berpendapat bahwa ketika mengetahui anak normal mampu paham lebih cepat  bahkan lebih menikmati metode belajarnya maka hal ini justru mengindikasikan terdapat banyak kekurangan dalam sistem pendidikan yang diberikan untuk anak-anak normal. 


Bersambung ke bagian-5.

MONTESSORI ITU (katanya) Gak Ngenalin 'Fantasi', Cara Kerja Alat Terlalu Terstruktur dan Individual


MONTESSORI ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… Bagian-2

Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD


Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD

(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)

·       Metode Montessori itu (katanya)..  tidak banyak mengenalkan fantasi (khayalan) dan bermain peran kepada anak usia dini

Maria Montessori percaya bahwa : penting bagi anak untuk bisa membedakan mana yang khayalan dan realita. Khayalan atau fantasi adalah sesuatu yang tidak pernah atau sangat langka terjadi di kehidupan nyata, sedangkan imajinasi adalah pengembangan dari sesuatu yang anak tangkap dari hal-hal yang ditemukan di kehidupan nyata. Beliau juga mendapatkan anak usia dini lebih tertarik pada sesuatu yang ditiru dari hal-hal di kehidupan nyata sekitarnya. Bila kondisi alam fantasi ini terlalu kuat hadir dan diyakini oleh anak-anak khawatirnya mereka benar-benar percaya sampai tidak dapat bedakan dengan kehidupan nyata sehingga anak semakin besar akan semakin sulit hidupnya akibat dianggap aneh oleh sekelilingnya karena perilaku dan kehidupan kesehariannya tidak menunjukkan seperti manusia normal.

Aktivitas bermain peran (termasuk unsur fantasi di dalamnya) terkadang muncul justru dari inner ide anak-anak itu sendiri - tanpa perlu diajarkan karena mereka mumpuni untuk menciptakannya sendiri. Disinilah peran fasilitator dibutuhkan untuk tetap mengarahkan agar mereka tidak terjebak dalam dunia fantasinya dan terhindar dari kebingungan bagaimana mereka bisa keluar dan kembali ke dunia nyata. Untuk peran apa yang ingin dilakoni pun, muncul alami dan spontan dari ide original mereka saat beraktivitas dalam kelas dan tak jarang melibatkan material montessori sebagai pendukung peran role play tersebut. Mereka tampak lebih banyak berlatih untuk melakukan hal-hal yang relate (terhubung) dengan kehidupan nyata agar kelak dapat terbiasa dan terampil di masa depan.


·       Montessori itu (katanya).. Tampilan serta cara kerja materialnya terlalu terstruktur dan memudahkan serta membatasi untuk bisa dieksplorasi bebas

Prinsip-prinsip, tahapan dan SOP pengajaran material di metode montessori yang cukup strict aturannya, terstruktur, terukur dan dibatasi à semua ini lebih ditujukan untuk panduan (pedoman) pengajarnya sebagai fasilitator yang akan mengarahkan anak di lapangan. Justru material ajar di metode ini dibuat sangat fleksibel bagi anak-anak apalagi saat digunakan pada kegiatan belajar. Bisa dikatakan : tampilan sebuah alat montessori dapat menjadi berjuta makna belajar jika sudah dielaborasi oleh anak. Manfaat adanya prinsip, aturan yang cukup tegas adalah agar fasilitator dapat melaksanakan observasi, penilaian dan membuat rencana pembelajaran yang baik mengikuti indikator penilaian dan kaidah ilmiah yang berlaku (ada dasar pemikirannya dan tidak asal karena memang ada panduan SOPnya).

Menurut Montessori, anak masih bergantung pada rasa aman sehingga kebutuhan akan keteraturan di lingkungan anak yang sedang berkembang harus ditekankan. Lingkungan belajar di kelas montessori  sudah disiapkan dan menerapkan aturan-aturan yang membatasi kebebasan, hal ini adalah cara agar anak lebih tertib, aman dan dimudahkan saat beraktivitas serta mereka dapat belajar menjadi individu yang bebas bertanggung jawab (freedom within limit).


·       Kegiatan di kelas Montessori itu (katanya).. terlalu banyak dikerjakan secara individual sehingga memungkinkan anak makin egosentris - menyebabkan anak menjadi kurang terampil bersosialisasi

Penerapan metode Montessori dan semua metode belajar lainnya berbasis pada tahapan tumbuh kembang anak. Montessori sendiri mempercayai bahwa anak memiliki masa peka/periode sensitif nya masing-masing. Untuk berkembang dari sosok individual (egosentris) kesosok yang memiliki keterampilan bersosialisasi yang dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan teman-teman lainnya, mereka punya timing-nya masing-masing dan terjadi secara natural. Apalagi lingkungan belajarnya pun  sudah dipersiapkan untuk hal ini.

Anak-anak diberi kesempatan untuk mengerjakan kegiatan secara individual di kelas adalah bertujuan untuk hal hal penting ini :

-          Agar fasilitator dapat lebih fokus mengamati perkembangan dan tingkat kemampuan anak secara keseluruhan beserta hambatannya

-          Yang mengamati perkembangan tidak dibingungkan dengan kemampuan anak lain yang bercampur saat terlibat dalam mengerjakan alat dan kegiatan yang sama

-          Anak tampak lebih fokus, rileks, nyaman dan tanpa tekanan saat bekerja sendiri karena tanpa gangguan. Mereka tidak perlu takut atau stress saat melakukan salah maupun gagal.

-          Anak bahagia bisa diberi kesempatan dan waktu yang lebih banyak untuk mengeksplorasi alat kegiatannya à hal ini akan berdampak pada bagaimana anak ini nanti merespek milik dan pekerjaan orang lain, yaitu : anak tidak akan mengganggu, tidak akan ikut terlibat atau menyentuh tanpa izin dan tentunya tata krama seperti ini adalah hal baik yang akan menyebabkan anak akan lebih cepat diterima dan disenangi di kehidupan sosialnya.

    

    Bersambung ke Bagian-3








MONTESSORI ITU (katanya) BEGINI… MONTESSORI ITU (katanya) BEGITU… (Bagian-1)

Seri belajar (lagi) tentang metode montessori PAUD


Menanggapi beberapa pendapat (terutama yang kontroversial) terhadap Metode Montessori – khususnya level PAUD. Benarkah begini-begitunya kata mereka?

Dah lah! Fix! Musti kenalan lagi ini mah sama Metode Montessori.. Yuk kita simak full rangkaian informasinya dari bagian 1 sampai 6.

(semua tanggapan ini dibuat berdasar pendapat dan pengalaman pribadi penulis - 23 tahun di dunia montessori  - dan referensi buku : The Essential Montessori by Elizabeth Hainstock)

·       Montessori itu (katanya).. Terlalu dini mengenalkan materi belajar dan aspek kognitif kepada anak usia dini

Bukti ilmiah sudah cukup jelas bahwa 0-6 tahun adalah masa pembentukan paling penting dan sering disia-siakan karena tidak menyadari potensi anak yang sebenarnya. Materi pembelajaran kognitif ini sudah dirancang agar mudah diserap saat dikenalkan dan memungkinkan untuk dipahami anak, menyenangkan dan penting bagi anak usia dini yang sedang berkembang karena materi pembelajaran dilakukan secara bertahap, berurutan, penyampaian yang sederhana, tidak ada unsur paksaan, serta penggunaan alat belajar yang menarik di metode ini. Anak-anak usia dini ini memiliki periode sensitifnya masing-masing untuk mempelajari sesuatu dengan cepat tanpa perlu dipaksa. Inilah yang menyebabkan di metode ini :  anak usia dini menganggap belajar adalah pekerjaan yang menantang tanpa tekanan dan lebih bermakna daripada bermain pasif. Mengenalkan bukan berarti memaksa meminta anak harus paham dan menguasai saat itu juga.


·       Montessori itu (katanya).. Pengaturan dan tata cara penggunaan alatnya membatasi imajinasi, kreativitas dan spontanitas daya pikir anak

Adanya  standardisasi tata cara penggunaan material (alat montessori) membantu anak usia dini dalam membangun pola pikir yang teratur, sistematis melalui alat konkrit. Setelah ini terjadi, anak bisa dan diizinkan untuk bebas mengeksplorasi material-material tersebut dengan beragam caranya masing-masing. Anak dengan spontan merasakan kenikmatan belajar ketika berhadapan dengan material. Mereka tampak bersemangat saat menemukan hal baru - hasil dari mencoba mengerjakan material di luar aturan yang standar. Merekapun sangat bersuka cita menemukan tantangan yang berbeda - hasil dari imajinasi dan kreasi yang mereka ciptakan sendiri. Ketika anak memulai belajarnya melalui bentuk konkrit, maka kelak pemahaman interpretasinya terhadap konsep abstrak akan lebih baik.


·       Montessori itu (katanya).. Tidak ada buku paketnya atau buku pelajaran wajibnya atau buku aktivitas khusus dari Montessori yang wajib dibeli dan dimiliki siswa

PAUD lebih menitikberatkan pada pengalaman belajar yang konkrit. Selain mereka belum semua bisa membaca bahkan memahami bacaan, belajar lewat alat konkrit jauh lebih menyenangkan karena bisa dieksplorasi langsung oleh seluruh sensori motor anak. Pembelajaran seperti inilah yang paling dibutuhkan selama masa tumbuh kembang anak usia dini. Saya pribadi berpendapat bahwa sumber materi belajar tidaklah melulu anak harus belajar dari atau di buku. Anak montessori belajar melalui alat alat montessori yang dipraktekkannya langsung. Tidak perlu khawatir anak akan lupa materi belajarnya karena semua terekam dan diingat baik di memori otak serta otot motoriknya (brain and muscle memory) melalui pengulangan gerakan kegiatan.

Sebetulnya ada beberapa publisher yang biasa menerbitkan buku-buku khusus terkait area belajar montessori untuk anak-anak usia 4 tahun ke atas, namun bukan wajib untuk dibeli ataupun dimiliki karena pada dasarnya metode ini mengizinkan kita untuk belajar atau menggunakan buku dari manapun sumbernya asalkan isinya sudah dipastikan layak dan sesuai.


·       Kelas Montessori itu (katanya).. tidak memberikan ruang yang cukup untuk perkembangan sosial dan interaksi dengan anak-anak lain melalui aktivitas kelompok

Sebetulnya aktivitas kelompok dan interaksi itu ada dan terjadi di kelas montessori karena setiap hari anak-anak akan berkumpul di circle time, bercakap-cakap, saling menyapa tanya, berolahraga - menari - menyanyi bersama. Mungkin pendapat di atas lebih menyorot pada aktivitas yang kebanyakan dilakukan secara individual.

Seperti yang kita tahu, manusia adalah makhluk sosial. Karena memiliki fitrah tersebutlah mereka akan dengan sendirinya mengembangkan keterampilan bersosialisasi dan interaksinya. Di kelas montessori, proses interaksi dan sosialisasi yang penuh makna ini akan terjadi secara natural sesuai dengan kebutuhan dan fase periode sensitive anak - berkat lingkungan belajar yang sudah dipersiapkan. Akan jauh lebih terasa bermakna, nyaman indah alami dan lebih mengena dalam di hati anak ketika saling tolong menolong, saling support dan bekerja sama ini terjadi secara spontan di dalam setiap kegiatan yang berlangsung di kelas montessori daripada dibuat sengaja di moment-moment tertentu.

Perlu diingat, di kelas Montessori : anak-anak dipandang sebagai individu - bukan kelompok. Ini adalah sebuah bukti bahwa metode ini menghargai setiap individu dengan segala keunikannya.


·       Pembelajaran di sekolah Montessori itu (katanya)..  tidak terlalu menitikberatkan pada kegiatan musik, art/kesenian, dan kreativitas

Setiap lembaga sekolah yang menggunakan metode Montessori : isi kegiatan belajar mengajarnya tidak lah selalu sama. Pada umumnya sekolah-sekolah montessori hampir selalu memasukkan pengenalan musik, seni dan kreativitas dalam kurikulum belajarnya. Ada beberapa sekolah yang memisahkan dan melaksanakan secara khusus untuk sesi-sesi belajar tersebut, ada juga yang menerapkannya secara terintegrasi dengan sesi belajar montessori. Seperti misalnya penyediaan pojok area kreativitas atau area musik dan seni yang menyediakan berbagai material terkait area kegiatannya dan anak bisa kapanpun datang dan beraktivitas di area tersebut tanpa harus menunggu sesi khususnya tiba. Semua di area kreativitas- seni-musik bisa dikerjakan secara individual, dipilih dan dilakukan saat anak merasa butuh dan tertarik untuk melakukannya.


Besok kita cerita lagi tentang metode ini ya.. Bersambung ke bagian-2