Minggu, 25 November 2012

Montessori Di Mata Saya (Bag 4) - SELESAI


Masalah adaptasi di kemudian hari ketika masuk ke sekolah umum yang konvensional masih menjadi topik hangat. Tetapi, anak-anak lulusan sekolah Montessori di mana penulis pernah bekerja, belum pernah menemui keluhan seperti itu. Bahkan sekolah-sekolah yang mereka pilih termasuk sekolah favorit di kota ini dan masuk pada kategori disiplin yang cukup ketat dengan metoda konvensional yang kental. Tapi Alhamdulillah mereka semua berhasil ‘bertahan’ dan berprestasi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk sulit mengikuti segala aturan yang ada karena dasar-dasar untuk membekali anak agar dia bisa ‘survive’ adalah titik berat dan merupakan highlight dari metoda ini. ‘Help them to help themselves’ cukup holistik menjelaskan bahwa dia akan tangguh dimanapun berada dan dalam kondisi apapun karena anak dibekali sesuatu supaya dapat membantu dirinya sendiri dalam menghadapi apapun. ‘Be the best of themselves’ mengartikan bahwa apapun yang ada pada dirinya, anak akan merasa percaya diri dan nyaman dimanapun berada.

Satu hal lagi adalah metoda ini sudah kuno, memang benar karena sudah lebih dari satu abad diciptakan. Ini yang menjadi kekhawatiran orang banyak bahwa metoda ini sudah tidak relevan lagi dengan pendidikan zaman sekarang. Tentunya kita harus mengingat bahwa metoda ini berdasar dan bertumpu pada observasi anak dan menciptakan ide-ide yang tepat untuk membantu perkembangannya. Sudah pasti kita harus bekerja terus sesuai dengan perkembangan zaman termasuk juga terus memperbaharui kelas atau sekolah Montessori yang ada sesuai dengan kebutuhan. Tidak ketinggalan perubahan-perubahan pada perkembangan psikologi anak dan budaya pun perlu benar dipertimbangkan sesuai dengan perubahan yang terjadi dan kemajuan zaman.

            Salah satu yang penting untuk dibangun pada diri anak usia dini adalah menanamkan motivasi belajar yang tumbuh karena kesadaran sendiri. Hal ini termasuk sesuatu yang ditekankan dalam metoda Montessori.  Metoda ini membantu anak-anak untuk menjadikan pengalaman belajar menjadi suatu hal yang menyenangkan, bukan hal untuk dihindari atau ditakuti. Tidak ada pemaksaan dan pendakwaan tentang kesalahan yang membuat anak jera dan takut untuk mencoba lagi. Yang ada adalah justru menumbuhkan kepercayaan diri dan memberi semangat untuk terus mau belajar dan belajar. Di sinilah letak fungsi guru yang menurut saya tepat diterapkan apalagi pada anak usia dini, yaitu sebagai pengarah. Karena saya percaya anak-anak punya gayanya sendiri dalam belajar. Tidak ada imbalan dan hukuman, mungkin bisa kita tawarkan sesuatu yang bersifat ‘acknowledgment’ ketika kita menemukan anak yang memang perlu di-support lebih.

            Kekuatan lain pada metoda ini ada pada guru-guru yang mempunyai kapasitas tepat sebagai pengarah. Karena di dalam pelaksanaannya guru akan dihadapi berbagai macam masalah anak dari yang mudah sampai yang tersulit. Menjadi pengarah bukanlah hal yang mudah, tapi akan menjadi mudah dan menyenangkan bila kita melakukannya dengan sepenuh hati, optimis, dan selalu ingin tahu lebih.

Selain alat-alat Montessori, guru-guru Montessori pun mempunyai syarat dan ketentuan tersendiri agar semua tujuan dari metoda ini dapat mencapai hasil yang optimal.

            Di akhir tulisan saya ini saya hanya bisa berharap dan mulai sedikit bergerak untuk paling tidak berkontribusi dalam merubah paradigma belajar mengajar di negara kita khususnya dalam pendidikan anak usia dini karena saat itulah masa-masa penting yang akan menjadi fondasi untuk kehidupan selanjutnya.

SELESAI..


Referensi
Einon, Dorothy Dr.. Anak Kreatif (Creative Child) Mengenali dan Membangkitkan Bakat Alami Anak Anda. Batam. Karisma Publishing Group. 2002.

Gettman, David. Basic Montessori Learning Activities for Under Fives. New York. St. Martin Press. 1997.

Hainstock, Elizabeth G. Essential Montessori Updated Edition. New York. Plume Printing. 1986.

Lillard, Paula Polk. Montessori A Modern Approach. New York. Schocken Books. 1972.
Woolfson, Richard C. Dr.. Bayi yang Cerdas Memahami dan Merangsang Perkembangan Anak
Anda. Batam. Karisma Publishing Group. 2002. (Terjemahan oleh : Ariavita Purnamasari)

Pengalaman pribadi sebagai guru di Pra sekolah Bandung Montessori School

Rabu, 21 November 2012

Montessori Di Mata Saya (Bag 3)


  • Penerapan dari metoda tokoh-tokoh terdahulu yang mempengaruhi Montessori seperti :

-          Jean Itard (1775-1838) àEducation of Sense

Saya percaya bahwa masa sensitif anak untuk belajar sesuatu, berbeda setiap anaknya dan dapat menjadi berkurang esensinya ketika masa sensitif itu telah lewat (atau bahkan akan kurang berhasil)

-          Edouard Seguin (1812-1880) àEducation Through Movement

Anak-anak memiliki energi yang luar biasa untuk bergerak dan tidak pernah terlihat lelah, karena itu adalah perioda sensitifnya mereka. Ketika mereka bergerak, saat itulah otak-otak mereka bekerja dan merupakan waktu yang tepat untuk mempelajari sesuatu.

Saya coba ilustrasikan sebuah contoh :

Di suatu sekolah sedang belajar tentang ‘IKAN’. Menurut saya, anak-anak akan lebih senang dan materi akan lebih cepat ditangkap ketika mereka bersama-sama masuk ke dalam kolam ikan dan mencoba menangkap ikan sambil mempelajari banyak hal seperti tempat hidupnya, bagian tubuhnya, caranya berenang, tekstur kulitnya, sifat air dan lain-lain. Selain itu mereka pun jadi mendapat pengalaman bagaimana caranya berjalan di atas air, membungkuk, menangkap, menjaga keseimbangan, dan lain-lain. Mereka akan berteriak kegirangan, menyebut apapun yang mereka lihat dan rasakan (kemampuan verbal terlatih), saling memanggil temannya, bermain cipratan-cipratan air dengan teman-temannya (social aspect), sentuhan pada macam-macam tekstur (sensorial aspect) , dan lain-lain. Banyak hal yang mereka pelajari dan begitu banyak pengalaman yang didapat melalui gerakan. Tentu tidak sesimpel judul materinya.

-          Jean Jacques Rousseau (1712-1778) àEducation Through Sense

Inilah salah satu pernyataan yang saya sepakati juga, bahwa anak belajar melalui seluruh inderanya. Di sinilah letak dimana anak-anak benar-benar harus dirangsang dan dilatih terus inderanya agar berkembang optimal. Indera yang optimal akan sangat membantu anak dalam mempelajari segala sesuatunya. Hal ini tertuang dengan jelas dan lengkap pada alat-alat edukatif Montessori dalam area Sensorial. Indera adalah ‘jendela’ untuk belajar.

Sebagai contoh, kita tidak akan dapat membaca bila indera penglihatan untuk mengenal simbol huruf, telinga untuk mendengar bunyi huruf, dan tangan untuk merasakan arah bentuk simbol huruf semuanya tidak terlatih dan berfungsi dengan baik.

Sampai detil Maria Montessori menciptakan alat-alatnya untuk keperluan itu dan disusun sedemikian rupa dari yang konkrit hingga abstrak dan dari yang mempunyai tujuan secara tak langsung sampai yang mempunyai tujuan secara langsung (yaitu dari mulai latihan-latihan di area Keterampilan Hidup, lalu area Stimuli Indera dengan latihan sound boxes, touch board, shape and dimension tools. Di area Bahasa dengan latihan metal insets design, sand paper alphabet hingga Large Moveable Alphabet serta pink series).

Metoda Montessori pun menekankan bahwa ‘process is more important than result’. Artinya anak tidak diajarkan sesuatu yang berbau instant, tapi lebih dari itu pemahaman konsep lebih diutamakan. Saya percaya bahwa ketika konsep dasar telah dikuasai, seseorang akan lebih mudah untuk menyelesaikan masalah yang lebih rumit sekalipun. Saya pun setuju dengan pelaksanaan metoda ilmu pengetahuan terapan yang  sudah mulai dilakukan beberapa sekolah, sepertinya lebih efektif untuk ditangkap oleh para siswanya

-          Johann Pestalozzi

Kelanjutan dari “Education Through Sense” yang dilatih dan dikembangkan dengan tahapan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.

Sebagai contoh penataan alat di area Exercise for Practical Life, akan kita temukan bahwa yang diperkenalkan dan disimpan paling awal adalah menuang biji besar, biji kecil, lalu air. Menunjukkan bahwa anak akan lebih mudah dan tidak tumpah-tumpah dalam menuangkan biji-biji yang relatif mudah dikendalikan daripada menuangkan air (untuk tingkatan yang lebih sulit).

Penggunaan ‘didactic material’ dalam Metoda Montessori seperti yang telah saya ulas sebelumnya pada bagian tokoh-tokoh yang berpengaruh, memang melengkapi ‘kesempurnaan metoda Montessori’, namun ada hal lain yang lebih penting yang ingin penulis tuang dalam essai ini. Bahwa sekali lagi :

The materials are not magic and do not, by themselves, provide an environment responsive to the needs of the young child. The Montessori philosophy is the most important ingredient in this method, with the materials serving only as tools for its implementation

(Elizabeth G. Hainstock, 1986)

Jadi, apapun yang dipertentangkan oleh para pengkritik Montessori sepertinya saya mulai bisa berbicara lebih banyak bahwa kekuatan metoda ini ada pada filosofinya dan kelebihannya ada pada alat-alatnya.

Seperti kita ketahui, metoda ini kebanyakan dikritik pada bagian alat-alatnya, dinamika sosial, kreativitas, fantasi, masalah adaptasi di sekolah konvensional dan metoda yang sudah kuno. Sebagai orang yang pernah mempunyai pengalaman sendiri terjun dan berkecimpung dalam metoda ini dan sudah mempunyai cukup banyak ‘lulusan pra sekolah Montessori’, semuanya dapat terjawab dengan jelas bahwa :

Alat-alat jelas mempunyai arti penting untuk melatih dan mengoptimalkan kemampuan kognitif anak. Kelas vertical grouping (mix age 2-6 y.o) jelas memberikan pangalaman sosial yang berbeda pada anak yang berada dalam kelas dengan usia homogen. Masalah-masalah sosial di dalamnya lebih kompleks, sehingga anak akan mempunyai cara dan solusi tersendiri untuk menghadapinya.

Kreativitas anak-anak Montessori justru berkembang dengan baik karena mereka tetap diberi kesempatan untuk itu. Kreativitas yang selama ini ada dalam benak orang sepertinya masih tentang hal-hal yang berbau sesuka-sukanya dan bebas sebebasnya. Kesempatan itu tetap diberikan, tapi kreativitas yang positif adalah ketika seseorang telah mengetahui aturan main sesuatu, kemudian dia mengembangkannya. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Dorothy Einon (2002): Ketika anak Anda pertama membuka piano dan mengetuk-ngetuk tutsnya, dia tidak sedang bermain musik. Untuk menjadi musisi kreatif, dia harus memahami bahasa musik dan harus berlatih keterampilan untuk memainkan alat musik atau menyanyi mengikuti nada. Pembedaan antara melakukan suatu aksi dan kreativitas murni dijumpai dalam semua bentuk ekspresi artistik

Anak-anak Montessori yang pernah saya hadapi juga nampaknya belum pernah ada masalah dengan fantasi. Mereka layaknya anak-anak pada umumnya tetap senang bermain peran dan menerima dengan wajar cerita-cerita berbau dongeng, karena saya percaya bahwa secara naluriah dan alamiah imajinasi dalam diri anak sudah ada. Seperti juga yang dikemukakan oleh Dr. Richard C. Woolfson (2002), bahwa anak pada usia perkembangan 13 bulan, dia mulai dapat menunjukkan imajinasi dan pada usia 14 bulan mulai dapat mengembangkan imajinasi dalam permainannya. Hanya saja, ada yang terekspos secara berlebihan dan ada yang wajar-wajar saja. Menurut saya, pemberian ruang gerak yang sesuai dengan kapasitas anak untuk berimajinasi adalah kata kunci agar anak tidak terjebak dalam dunia khayalan.
Bersambung..

Kamis, 15 November 2012

Montessori Di Mata Saya (Bag 2)

Kesepakatan saya dengan Montessori mulai melebar ketika saya mengetahui lebih dalam mengenai teorinya, terutama karena saya sempat berkecimpung juga sebagai guru di sebuah pra sekolah bermetoda Montessori. Dari waktu ke waktu dengan jam terbang yang saya miliki dan proses ‘learning by doing’, sampai saat ini saya ‘masih’ jatuh hati dengan segala konsep dan teorinya. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi saya untuk menerima metoda lain yang menurut pemikiran logis saya sebagai pendidik bagus untuk diterapkan.
Terutama pada pendidikan anak usia dini.
Pemikiran-pemikiran Montessori yang saya sepakati adalah :

  • Bagaimana cara pandang Montessori dalam melihat anak belajar, yaitu disesuaikan dengan karakteristik anak. Anak itu unik dengan segala potensi yang ada dalam dirinya masing-masing dan berbeda satu sama lainnya. Anak adalah creator of the man dan bukan manusia dewasa cilik. Ia adalah individu itu sendiri seutuhnya..
  • Ciri dan karakteristik anak pada umumnya adalah absorbent mind, has sensitive period, want to learn, love to learn and play, has development stage, and want to be independent.

Saya percaya semua itu ada pada diri masing-masing anak.  Yang berbeda mungkin terletak salah satunya adalah pada sisi masa usia perkembangannya, karena usia biologis tidak sama dengan usia perkembangan. (sebagai contoh : Fathya yang berusia 4 tahun kemampuan dan perkembangannya akan berbeda dengan Gavin yang juga berusia 4 tahun. Fathya sudah berkembang banyak motorik halusnya, tetapi perkembangan Gavin mungkin saja lebih menonjol pada motorik kasarnya)

Tapi, walaupun demikian kita jangan sampai memprediksi bahwa seorang Gavin tidak akan pernah dapat menulis dengan baik untuk selama-lamanya, kemampuan itu ada dan pasti berkembang, hanya Gavin belum memperlihatkannya di segi itu. Percayalah bahwa periode sensitif yang dimiliki setiap anak datangnya pada waktu yang berlainan.

  • Tujuan metoda Montessori adalah membantu anak untuk dapat membantu dirinya sendiri. Kalimat yang singkat namun bermakna cukup dalam. Dalam perkembangannya, anak-anak akan dibantu untuk menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan menghargai perbedaan sehingga dapat menjadi warga dunia yang handal dan menjadi yang terbaik dari dirinya sendiri.

Sayapun berpendapat, tidak semua orang harus jadi dokter dan dipaksakan untuk jadi dokter, atau pegawai kantoran, dan lain-lain. Tapi yang terpenting dan yang perlu digali lebih dalam dari seseorang adalah sisi potensi, kompetensi beserta kelebihan yang ada dalam dirinya. Saya sepakat dengan para ahli lain yang sedang gandrung menyuarakan teori Multiple Intelligence. Hal inilah yang penting untuk dibangun pada anak usia dini, karena ibarat rumah yang berfondasi kuat ketika awal mulai dibangun, maka rumah tersebut akan berdiri kokoh hingga kurun waktu yang panjang. Pembentukan kepribadian yang kuat di masa-masa penting inilah yang akan mendasari kehidupan anak dan berlanjut hingga ia tumbuh dewasa nanti.

Penanaman fondasi awal inilah yang harus menjadi titik berat, agar anak dapat tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan selalu dapat bertahan kapanpun, di manapun dan dalam kondisi apapun.

Bersambung..

Rabu, 14 November 2012

Montessori Di Mata Saya (Bag 1)


Menemukan kembali hasil tulisan yang pernah saya buat saat mengikuti pendidikan Metoda Montessori untuk anak usia dini di Padi Bandung, membuat saya ingin membaginya di blog ini.. Postingannya mungkin akan dibagi dalam beberapa tahap *berhubung tugas essay-nya lumayan panjang.. Semoga bermanfaat yaa..

Terimakasih untuk my best trainer ever : The Children and Bunda Julia Ahmad

Semasa hidupnya Maria Montessori yang lahir di Chiaravalle, Ancona, Itali 31 Agustus 1870 didedikasikan sebagai pendidik, ilmuwan, dan dokter. Ia adalah seseorang yang percaya diri, optimis, dan sangat tertarik pada perubahan. Berbagai disiplin ilmu cukup banyak dipelajarinya, salah satunya adalah bidang kedokteran yang telah membawanya menjadi seorang Doctor of Medicine. Ketika ia bekerja di klinik psikiater Universitas Roma yang menangani anak-anak cacat mental, hal tersebut sangat membantunya dalam menuangkan gagasan-gagasan pendidikan yang pada masa kini mengemuka kembali khususnya di dunia pendidikan.

Maria Montessori percaya bahwa kecacatan mental lebih merupakan masalah pendidikan daripada gangguan medis.

Setelah sukses menggunakan caranya sendiri dan berhasil mendidik anak-anak cacat mental tersebut menjadi anak-anak biasa, pada Januari 1907 Maria Montessori mendirikan sebuah tempat di mana lingkungannya telah dipersiapkan bagi anak-anak cacat mental yang terlantar dan berusia di bawah lima tahun. Tempat tersebut bernama Casa dei Bambini atau Children’s House, sekolah Montessori pertama di San Lorenzo Roma.

Buku pertamanya yang bertajuk “The Method of Scientific Pedagogy Applied to The Education of Young Children in The Casa dei Bambini” mengundang banyak pro dan kontra dari masyarakat dunia. Ini membuktikan bahwa teori yang dibuatnya sangat mendapat perhatian dan benar-benar fenomenal pada masanya.

 

Tokoh-tokoh pendukung Maria Montessori pada zamannya sampai sekarang antara lain :

  • Mario Montessori , putra dan pimpinan Association Montessori Internationale
  • Helen Parkhurst (USA), pimpinan gerakan Montessori di Amerika
  • Calude Clark (United Kingdom)
  • Margaret Homfray dan Phoebe Child, pendiri St. Nicholas Teacher Training di United Kingdom tahun 1947
  • E. M. Standing, penulis “Maria Montessori Her Life and Work
  • Lee Havis, pimpinan International Montessori Society

            Maria Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi, itu salah satu pendapatnya yang saya sepakati. Tahun-tahun awal kehidupan anak adalah masa-masa pembentukan fisik maupun mental yang paling penting, Masa-masa ‘emas’ inilah yang harus digunakan sebaik-baiknya dan semaksimal mengkin, karena kalau sudah berlalu sulit untuk kembali.

Bersambung ya J

Selasa, 13 November 2012

Hi November Rain :)


Dear November.. 11-11-‘12

Sore ini, saya buka laptop.. di depan saya anak-anak berceloteh riang dalam tenda yang mereka dirikan di dalam rumah.. teh manis hangat juga sama sama menemani saya..

Hujan..hmm.. buka youtube ah.. sambil dengerin lagu favorit : November Rain by Guns n Roses *aww..

Cause nothing could last forever..even cold November rain.. aiih.. bener banget Bang Axl Rose..

Iya lah..hari ini, mulai bulan ini dinginnya udara bercampur hujan sudah mulai bisa kita nikmati. Entah itu ditemani dengan  secangkir teh hangat, susu coklat panas ataupun jahe hangat.. hmmm.. maaf ya ‘kopi’ panas gak kesebut berhubung sudah putus cinta dari mulai lulus kuliah S1 hahaha.. lambung nya gak bersahabat niih sama kafein.. L

Saya mulai menyeruput teh manis hangat dengan nikmatnya.. anak terkecil saya datang ikut-ikutan minta teh nya..hmm..  “Enak ya Ki?”

Ya benar kata Axl Rose bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini begitu juga dengan hujan di bulan November ini.. Hari berganti hari.. Bulan berganti bulan.. Musim hujan tidak akan selamanya bisa kita nikmati, bahkan mungkin terlalu sering datang pun tak jarang kita mengomel alias komplen sama yang bikinnya.. sambil berharap “Kapan yaa.. panas datang?.. jemuran ga kering-kering niih.. “ atau “Hujan lagi.. hujan lagi.. males pergi euy..” *tepok jidat

Baiklah..intinya..hari ini saya lagi ingin menikmati apa yang sekarang bisa dinikmati. Bersyukur dengan apa yang hari ini didapat dan dialami..

Terimakasih Tuhan 0:)